Silat Sika

Silat Sika

Beberapa waktu lalu sempat sedikit ada berbincang dengan kawan dari aliran lain yang memiliki gaya jurus yang sangat berbeda dengan yang biasa saya pelajari.

Jurus aliran yang saya pelajari biasanya berbentuk sangat sederhana, gerakannya simple dan secara umum, 1 jurus hanya terdiri dari 1 gerakan, baik gerakan tangan bercampur dengan gerakan langkahan atau malah hanya gerakan tangan saja. Sementara jumlah total jurusnya juga sangat sedikit. Sebut saja hanya 5 jurus seperti dalam sahbandar. Sementara disisi lain ada perguruan yang jurusnya sangat banyak dan panjang-panjang. Sebut saja untuk jurus dasar saja, 1 jurus bisa terdiri dari 15 gerakan dengan total jurus mencapai lebih dari 40 jurus.

Perdebatan sederhana kira-kira seperti ini, “Mas koq bisa sih ngehafalin jurus sebanyak itu ?”

Dibalas dengan, “Lah kamu sendiri jurus dikit koq pecahan jurusnya jadi banyak ?”

Lalu pernah juga ada kejadian dimana ketika seorang reporter yang tengah meliput sebuah perguruan berkomentar, “Inikan lagi di liput, koq cuma nampilin yang begini doang sih ?”. Tentu saja dijawab, “Mas, itu memang jurusnya.”. Disambut dengan bengong terperangah sang reporter.

Tentu saja, masing-masing punya kelebihannya masing-masing.

Pada aliran yang menganut jurus yang lebih panjang, kita diajarkan untuk mengenal berbagai kombinasi dan kemungkinan dalam melakukan adaptasi berbagai bentuk serangan dan antisipasinya. Segalanya kemungkinan dengan berbagai posisi dipelajari. Sehingga akhirnya dia akan menemukan “bentuk” yang paling tepat untuk dirinya diantara banyak gerakan tersebut. Mempelajari banyak, mengambil yang perlu dan membuang bagian yang tidak perlu juga membutuhkan perenungan dan latihan yang membutuhkan waktu. Tidak sekedar asal mampu memukul dengan kuat, bukan asal hafal gerakan, bukan juga asal mampu bergerak indah berarti sudah cukup menguasainya. Karena dalam silat tidak hanya soal kekuatan yang menjadi hal penting, tapi juga soal pemahaman terhadap “isi” sebuah gerak.

Sementara disisi lain, jurus-jurus yang sederhana mengajarkan pemecahan dan pencerahan. Membutuhkan sedikit perenungan untuk menjadikannya pemecahan dalam jurus yang siap digunakan. Tentu saja dengan mengulang-ulang 1 jurus yang sama terus menerus akan terbentuk memory otot dan pemahaman terhadap gerakan itu sendiri. Dengan mengulang ulang terus menerus gerakan yang sama hingga menjadi ahli di gerakan ini. Itulah yang menjadi intinya. Satu jurus digunakan dalam berbagai kebutuhan, dimana gerakan pecahan dari jurus itu pun di dapatkan denga perenungan sehingga secara kualitas gerak dan releks akan mengikuti perkembangan dari pemahaman dari gerakan yang terus menerus diulang tersebut.

Tentu saja, pemahaman tidak berarti akan segera membuat gerakan menjadi lebih baik. Latihan lah yang membuatnya menjadi makin baik dan diatas semua itu menjadikan pemahaman atas filosofi tersebut menjadi bagian dari diri kita sendiri.

Dalam aliran yang memiliki gerak sederhana, biasanya filosofi gerakan menjadi sangat penting untuk dipahami agar dapat menguasai gerakan jurus tersebut dengan baik. Tanpa filosofi tersebut beserta pemahamannya, biasanya ada bagian dari gerakannya yang menjadi “kosong”. Tapi pemahaman terhadap filosofi gerak ini bisa jadi akan berbeda pada setiap orang tergantung dari pencerahan seperti apa yang didapatkannya.

 

Keduanya tidak berbeda, sama-sama harus menemukan “sesuatu” dalam geraknya.

Jadi satu jurus digunakan seribu atau seribu jurus dan akhirnya mengambil yang perlu dan membuang yang tak perlu semua kembali kepada pendapat masing-masing karena tidak ada yang salah dari itu semua. Yang penting berlatihlah. Karena hasil dari semuanya adalah hasil latihan masing-masing dan bukan karena bentuk alirannya.

Jadi ayolah kita latihan lagi biar kita bisa menjadi bagian dari aliran tersebut seutuhnya.

*catatan,  ke-2 video yang diambil digunakan sebagai ilustrasi dan bukan bermaksud membandingkan ke-2 aliran ini