Dukungan anda kepada Tangtungan Indonesia akan sangat membantu kami dalam usaha pelestarian dan promosi Pencak Silat sebagai budaya warisan Indonesia. Silahkan kunjungi link berikut untuk mendukung kami : https://sociabuzz.com/tangtungan/support
Penulis : GJ Nawi
Di beberapa wilayah pesisir barat Pulau Jawa atau Jawa tengah bagian barat yang berlatar belakang budaya agraris (lingkungan sawah tadah hujan) dikenal sebuah seni ketangkasan Ujungan, permainan adu ketangkasan memukul dan menangkis rotan yang di dalamnya sarat dengan kaidah-kaidah ilmu bela diri tradisional pencak silat. Di wilayah kebudayaan Betawi, Ujungan juga disebut sebagai Citikan atau Sabetan.
Di dalam pelaksanaan pertandingan Ujungan, terdapat seni tari yang gerakannya diambil dari gerakan dan jurus-jurus dasar pencak silat, disebut Uncul. Uncul berfungsi sebagai wiyaga atau seni tari yang mengawali laga pertandingan Ujungan. Dimana seorang peserta Ujungan dalam membuka pertarungan melakukan gerakan tarian Uncul dengan atau tanpa rotan pemukul, yang tujuannya mengundang orang-orang di sekitar arena Ujungan untuk menjadi peserta dan turun ke arena pertandingan.
Gerakan Uncul hampir menyerupai Ibing Pencak di Jawa Barat, bedanya terletak pada tradisi sikap peserta ketika mengundang lawan untuk turun ke gelanggang. Jika Ibing Pencak peserta menekuk bagian depan dahi iket kepala yang berbentuk segi tiga, maka Uncul melakukan gerakan-gerakan provokasi dan menantang ke arah penonton yang ingin menjadi peserta Ujungan, jika ada salah seorang atau lebih penonton yang terpancing dengan tantangan itu maka ia akan masuk arena pertandingan dan dimulailah pertandingan Ujungan, namun jika tantangan tidak mendapat respon, maka peserta yang melakukan Uncul akan keluar arena. Begitu seterusnya sampai seorang peserta didaulat sebagai Jawara karena tidak ada lagi yang berani menantang.
Kostum penari uncul, sebagaimana juga pemain ujungan Betawi, tidak ditetapkan. Tetapi umumnya mereka mengenakan celana pangsi hitam, kaos oblong hitam, atau kadang-kadang bertelanjang dada.

Sebagaimana Ibing Pencak yang diiringi waditra atau instrumen musik yang terdiri dari kendang, terompet, kulanter dan gong, Uncul pun diirngi waditra yang terdiri dari Sampyong, sebuah instrumen musik pukul semacam gambang kecil sederhana dengan empat bilah terbuat dari bambu atau kayu, ditambah kentongan bambu dan pemukul yang terbuat dari tanduk kerbau. Sampyong berbahan dasar kayu yang dipotong kasar, artinya kulit pada batang kayu tidak dibuang. Empat potongan kayu dengan ukuran panjang berbeda diikat dan disambung satu sama lain dengan tali, kemudian untaian potongan kayu itu diletakkan di atas dua batang bambu yang melintang.
Perbedaan ukuran panjang potongan kayu itu menghasilkan tangga nada yang bervariasi. Semakin pendek ukuran kayu akan semakin tinggi nadanya.
Instrumen musik lainnya adalah Tok Tok, merupakan instrumen musik pukul berbahan dasar bambu yang diberi rongga menyerupai kentongan. Alat musik tradisional ini berfungsi mengatur irama musik Sampyong dalam mengiringi gerakan Uncul dan permainan Ujungan. Seperti Sampyong, instrumen musik Uncul dan Ujungan ini mengalami pengembangan dan dimodifikasi dengan penambahan instrumen Ibing Pencak seperti kendang dan terompet. Di beberapa tempat keberadaan instrumen Tok Tok digantikan dengan instrumen musik Kecrek, berbahan potongan bilah besi yang disusun menumpuk.
alm H Godjalih menurut kabar adalah jawara uncul ujungan yang tertandingi pada jamannya