Kembang na Cilaka, Buah na Pati

Kang Awang - Rakawira Gerak Gulung Budidaya

Kang Awang – Rakawira Gerak Gulung Budidaya

Tepat satu tahun sudah berlalu, saya belajar silat Gerak Gulung Budi Daya ti Padjadjaran, sebuah silat tua yang bersumber pada silat Gulung Maung yang di “budi daya“-kan untuk mengurangi kebuasannya. Sebuah silat yang memiliki gerakan yang sangat sederhana tapi juga sangat rumit. Bahkan untuk bisa melakukan “gerak” dengan gaya dan cara yang digariskan oleh silat inipun, latihan yang saya lakukan selama 1 tahun ini belum bisa menggambarkannya cara bergerak dan gayanya. Masih perlu banyak sekali latihan untuk bisa menguasainya.

Salah seorang guru saya pernah berkata, “berlatihlah walau hanya satu jurus saja”. Sebuah pepatah yang sangat bisa menggambarkan kondisi latihan di silat ini. Bersumber pada hanya 1 jurus utama yang menjadi patokan bagi seluruh jurus yang lain yang bernama Salancar, ditemani banyak filosofi dan cara bergerak, jurus ini mungkin membutuhkan waktu seumur hidup untuk bisa menguasainya.

Mengupas tentang salancar yang gerakannya sangat simpel ini pun juga tak ada habisnya. Sebuah kegeniusan yang diciptakan oleh sang pencipta Salancar. Sebuah jurus yang begitu  sederhana tapi bisa mewakili seluruh keilmuan dalam sebuah aliran. Cara bergerak yang rumit dari bentuk gerakan yang sederhana ini selama 1 tahun belum bisa saya lakukan dengan baik. Masih harus memenuhi hari dengan berlatih agar bisa menguasainya.

Tak bisa dipungkiri rasa bosan kadang menghinggap untuk melatih jurus yang hanya terdiri dari 1 gerakan ini. Tapi dengan memvariasikannya agar tidak menjadi bosan dengan beberapa gerakan lain yang berdasarkan pada jurus Salancar ini membuat latihan menjadi lebih menyenangkan.

Matang bersama usia. Mungkin ini adalah kata yang tepat untuk menggambarkan kualitas seseorang dalam berlatih salancar. Semakin banyak berlatih semakin matang gerakan kita.

Selama saya berlatih, kadang terpikirkan. Bagaimana agar silat ini menjadi lebih menarik untuk dilatihkan bagi anak-anak muda sekarang ? Jurus-jurus dengan gaya latihan tradisional, jumlah jurus yang sedikit (kalau dihitung total gerakan), struktur latihan, kurikulum yang tidak baku, tidak ada patokan prestasi selain penilaian guru atas kualitas hasil latihan dan lain sebagainya, apakah bisa menarik minat anak-anak muda yang terbiasa melihat gerakan yang “jelas” apalagi yang ditambah dengan gerakan yang gagah ?

Bagi yang sudah memiliki pemahaman tentu saja akan mudah “melihat” keunikan dan “rasa” yang tersimpan didalamnya. Tapi tentu tidak semuanya dapat melihat. Bagaimana agar dengan mudah terlihat ? Mungkinkah suatu hari Gerak Gulung Budi Daya ti Padjadjaran ini akan diminati anak-anak muda, para ABG dan dapat menyebar kemana-mana ?

Dibalik kesederhanaan silat Gerak Gulung ini tersembunyi keganasan. Sesuai dengan motonya, “kembang na cilaka, buah na pati” yang berarti “kembangnya mencelakakan, buahnya mematikan“. Walaupun tersembunyi, dari moto tersebut sudah bisa tergambarkan apa yang ada dibalik kelembutan dan gerakan yang lambat yang biasanya dilakukan oleh gerakan silat ini.

Satu hal yang perlu di garis bawahi, Gerak Gulung adalah sebuah silat yang membutuhkan latihan fisik, bukan latihan puasa atau baca-bacaan. Hal ini perlu saya garis bawahi karena terkadang ada yang salah menganggapnya kalau Gerak Gulung menggunakan ilmu kebatinan bahkan ada yang menganggapnya dimainkan dengan tidak sadar alias kesurupan atau menggunakan ilmu sambatan. Sama sekali tidak. Mungkin karena gerakannya yang santai tapi tegas dan juga permainan wajah yang dilakukan seperti itu yang mungkin menyebabkan orang salah mengerti.

Terimakasih untuk Rakawira Gerak Gulung, Kang Awang yang telah bersedia melatih saya selama ini.

Terimakasih untuk warga gerak gulung om Eka Duyung yang sudah memperkenalkan saya pada Kang Awang dan memberikan latihan awal jurus Salancar pada saya.

Setiap hari sabtu siang, anda bisa menemukan silat ini di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Jakarta.