Sebuah aliran beladiri tentu memiliki sebuah latar belakang penciptaannya.
Nama orang, daerah dan lika liku hingga terciptanya sebuah karya keilmuan dalam bidang ilmu beladiri. Entah tercipta dari hasil perenungan, penggabungan, modifikasi dari aliran yang sudah ada ataupun sebuah wangsit.
Klaim tentang sejarah sebuah aliranpun kini makin mudah di temukan di internet. Baik yang berasal dari sumbernya langsung atau dari tutur cerita yang di wariskan turun temurun pada mereka yang mempelajarinya.
Tapi dimasa kini tak jarang klaim atas sejarah sebuah aliran menimbulkan pertanyaan. Terutama bila masyarakat umum yang kian kritis menilai ataupun dari keingin tahuan yang lebih luas misalnya bila dibandingkan dengan sejarah umum kerajaan dimasa lalu, nama-nama tokoh yang sudah terkenal atau karena klaim sejarah yang berbeda antara individu dari aliran yang sama.
Betul bahwa kita ini hanya bisa meyakini apa yang kita dengar atau baca karena rasanya belum ada yang cukup tua untuk masih hidup hingga bisa menyaksikan sendiri perkembangan sebuah aliran yang cukup tua. Sahbandar misalnya. Siapa yang pernah bertemu dengan mama Kosim dan masih hidup hingga kini ? Rasanya sih tidak ada. Cimande ? Saya rasa akan sama.
Sejarah aliran bagi seorang yang berminat menelusurinya sebagai pengetahuan tentunya akan sama dengan memperlakukan misalnya menelusuri kerajaan-kerajaan yang ada di masa lalu. Majapahit misalnya. Segala debat tentang kerajaan ini banyak terjadi. Tentang perang bubat misalnya, sebagian mengakui adanya perang tersebut sementara sebagian yang lain tidak. Dan perdebatan panjangpun terjadi dengan kubu dan datanya masing-masing yang tiap orang bebas menggalinya. Tapi sejarah sebuah aliran bagi sebagian orang dianggap salah atau tabu ketika mempertanyakannya atau dilakukan penelusuran untuk mendapatkan data yang lebih valid.Β Hal ini bisa disebabkan oleh penghormatan atau fanatisme individu atau bisa juga ketakutan ketika ternyata cerita yang didapat dari data tersebut menyimpang dari apa yang sudah diyakininya.
Padahal sejarah sebuah aliran bisa menjadi bagian kekayaan informasi tentang masa lalu bangsa ini. Bisa menjadi sebuah kisah yang sangat menarik seperti halnya cerita-cerita sejarah kerajaan atau biografi tokoh yang ada. Mungkin bisa masuk dalam kurikulum pelajaran sekolah atau malah jadi keilmuan khusus dibidang akademis. Tentu hal ini bisa menjadi bagian dari tonggak-tonggak memperkenalkan budaya bangsa ini kepada generasi penerus agar mendengar tentang silat sejak disekolah, barangkali dalam buku pelajaran sejarah yang bisa menceritakan salah satu sarana suksesi sebuah kerajaan mengembangkan sayapnya. Barangkali juga nanti akan ada mata pelajaran silat dan sejarah silat. Sehingga penelitian tentang silatpun akan meluas dan lebih banyak sudut yang mungkin digali selain bicara tentang jurus. Mungkin nanti akan ada jurusan filosofi silat, musik, senjata dan lain sebagainya yang bisa digali dari silat.
Tapi semua itu tentu bermula dari kesediaan semua pihak berlapang dada dan mau membuka diri agar informasi dapat diakses, kesediaan beradu argumen dengan data-data, dan dari semua itu yang paling penting adalah berlapang dada dan mau berbesar hati ketika segala yang diketahuinya ternyata harus mengalami perubahan.
Sudah siapkah mental para penganut aliran untuk menerima itu ?
Seharusnya para perguruan memang sudah harus bisa menghapus egonya.. Jangankan yang terjadi pada perguruan yang sudah sangat tua, kontra atas keilmuan yang didapat dr perguruan yang “baru cukup tua” pun ada.. Tentang keilmuan yg di dapat oleh salah satu perguruan besar di Indonesia ****** Putih misalnya, mereka menyangkal keilmuan tenaga dalam yang ada itu adalah warisan dan hasil belajar dari RM Sunardi Suryodiprojo ( guru besar Tunggal Hati Seminari, Reti Ati, dan ****** Putih tersebut… Data yang dimiliki pewaris langsung/keturunan langsung dari RM Sunardi Suryodiprojo (Den Mas Nardi) akan punya peranan catatan sejarah ttg salah satu asal keilmuan dan sekaligus membukakan sejarah yg selama ini ditutupi ego..
MP sudah melakukan cross check pada Dewan Penasehat THS-THM dan memang diakui bahwa keilmuan MP sangat berbeda dengan garis keilmuan THS-THM ataupun turunannya seperti Reti Ati.
Silahkan ditanyakan pada dewan penasehat THS-THM tersebut.
Demikian.
terima kasih mas MPCRB, jika mengenai keilmuan yang ada sampai sekarang memang sudah banyak yang berkembang mas. Bahkan THS-THM dengan Reti Ati pun tidak semuanya sama walaupun tetap satu rumpun (seperti di Jogja) . Kalau yang saya dapatkan dari 2 murid RM. Sunardi yng mendirikan Reti Ati dan THS-THM, hal ini dikarenakan selain keilmuan Tunggal Hati (RM sunardi), contohnya: RA mendapatkan keilmuan juga dari Ki syuhadak dari piyungan, Pangeran Suryo Kusumo dsb. Dewan pendiri THS-THM pun ada yang berbeda2 backgroundnya… hal ini membuat materi ilmunyaa berbeda (namun tidak semua). Pada tahun 63 peresmian MP pun disertai pengalungan bunga kpd RM Sunardi di gedung BTN yang disaksikan juga oleh Mayor Sulaiman (ketua IPSI DIY saat itu). Ada juga tokoh2 pesilat tua (yg hidup pada saat itu) yang tahu yang terdokumentasi pula dalam sebuah artikel hasil wawancara dalam koran Berita Nasional No.9 minggu ke 1 Juni 1974 yang berjudul “Bagaimana Menjadi Sakti di Jaman Modern”. Hal yang sama didapatkan dari tokoh2 sekitar prawirotaman, brontokusuman, timuran, yang kenal dengan alm. Mas Purwoto dan keluarga atau bs disebut tetanggaan ( saya hanya meneruskan penjelasan san data dari dua murid RM Sunardi tsb mas pada waktu sblm alm. mas Purwoto meninggal. 2 guru besar tersebut telah bertemu pada bulan agustus 2013 dan sempat bertemu dan berfoto bersama dengan alm. Mas Purwoto *reunian π dan saya hanya tim sorak :p) Selepas dari hal ini saya rasa yang penting sekarang adalah bersama2 memajukan pencak silat, demi mewujudkan dan menghormati cita cita alm. Mas Pung,, alm. Mas Budi, alm. RM sunardi, sekaligus menghormati kepergian mereka. Matur nuwun mas π
terima kasih mas MPCRB, jika mengenai keilmuan yang ada sampai sekarang memang sudah banyak yang berkembang mas. Bahkan THS-THM dengan Reti Ati pun tidak semuanya sama walaupun tetap satu rumpun (seperti di Jogja) . Kalau yang saya dapatkan dari 2 murid RM. Sunardi yng mendirikan Reti Ati dan THS-THM, hal ini dikarenakan selain keilmuan Tunggal Hati (RM sunardi), contohnya: RA mendapatkan keilmuan juga dari Ki syuhadak dari piyungan, Pangeran Suryo Kusumo dsb. Dewan pendiri THS-THM pun ada yang berbeda2 backgroundnya… hal ini membuat materi ilmunyaa berbeda (namun tidak semua). Pada tahun 63 peresmian MP pun disertai pengalungan bunga kpd RM Sunardi di gedung BTN yang disaksikan juga oleh Mayor Sulaiman (ketua IPSI DIY saat itu). Ada juga tokoh2 pesilat tua (yg hidup pada saat itu) yang tahu yang terdokumentasi pula dalam sebuah artikel hasil wawancara dalam koran Berita Nasional No.9 minggu ke 1 Juni 1974 yang berjudul “Bagaimana Menjadi Sakti di Jaman Modern”. Hal yang sama didapatkan dari tokoh2 sekitar prawirotaman, brontokusuman, timuran, yang kenal dengan alm. Mas Purwoto dan keluarga atau bs disebut tetanggaan ( saya hanya meneruskan penjelasan san data dari dua murid RM Sunardi tsb mas pada waktu sblm alm. mas Purwoto meninggal. 2 guru besar tersebut telah bertemu pada bulan agustus 2013 dan sempat bertemu dan berfoto bersama dengan alm. Mas Purwoto *reunian π dan saya hanya tim sorak :p) Selepas dari hal ini saya rasa yang penting sekarang adalah bersama2 memajukan pencak silat, demi mewujudkan dan menghormati cita cita alm. Mas Pung,, alm. Mas Budi, alm. RM sunardi, sekaligus menghormati kepergian mereka. Matur nuwun mas :).
Pertemuan antara MP dan THS-THM diwakili oleh Dewan Pertimbangan kedua perguruan. MP diwakili oleh Ketua Dewan Pertimbangan MP sekaligus Penasehat Ahli Keluarga Pewaris, mas Suprapto Purwijayanto. Sementara dari pihak THS-THM juga diwakili oleh mas Ignatius Adi Nugroho (peneliti THS) dan mas Lilik, dewan pendiri THS/THM sekaligus mewakili RM Hadiwijoyo). Kesimpulan, mas Guntur (Reti Ati) overclaim. Masalah kesamaan nama nafas pembinaan, jelas kapan pengaruh/ masuknya,…… persoalan dianggap SELESAI…..tidak perlu dipanjang lebarkan….. Mas Lilik yang akan lapor ke RM Hadiwijoyo.
Jadi, jika posisi Anda mas Halilintar lebih tinggi dari mas Lilik atau mas Ignatius Adi Nugroho, maka saya baru percaya. Tapi kalau posisi Anda berada jauh dibawah kapasitas mereka, maka lebih baik menggunakan tenaga dan waktu muda Anda untuk lebih memajukan perguruan Anda.
Anak muda yang bersemangat dalam belajar pada perguruannya memang sudah langka. Maka alangkah lebih baiknya sikap semangat ini dibarengi juga dengan adab bahwa ada Dewan Penasehat pada perguruan Anda yang sudah klaim secara jelas dan gamblang bahwa MP bukanlah turunan atau apapun namanya dalam hal keilmuan dengan THS-THM atau Reti Ati.
Demikian.
Terima kasih mas. mas maaf jika masalah mas Guntur overclaim saya rasa “tidak tepat” karena:
1. Yang mempublikasikan sejarah Tunggal Hati adalah saya. Bukan pihak A atau B. bukan juga Mas Guntur
2. Mas Guntur “hanya menunjukkan” data faktual garis besar haluan Tunggal Hati dan Reti Ati, tidak mengklaim A atau B.. karena klaim itu sifatnyaa tidak berdasarkan data, dsb. Namun yang saya lihat adalah data (Buku besar sejarah berdirinya perguruan Tunggal Hati (TH)) keorganisasian TH berdiri pada tahun 1951, yang pada pertengahan februari 1962, alm. R.Hadisuryanto (Mas Yanto) dengan bimbingan ayahnya R.M Sunardi Suryodiprojo (Den mas Nardi/Romo Nardi) melahirkan para pendekar muda pada Perguruan TH di periode 2, diantaranya:
– R. Sukomartoyo (RM Hadiwijoyo)
– Purwoto (alm.)
– Budi Santoso (alm.)
– R. Guntur Mardiko (mas Guntur)
Buku sejarah Tunggal Hati s/d Reti Ati ini disusun oleh:
– R.M. Sunardi Suryodiprojo
– R. Hadisuryanto (pelatih TH dan pembina Reti ati
– R. Guntur Mardiko (Guru/ pelatih utama Reti ati pd saat itu)
3. Saya bukan anggota THS-THM. Jadi jangan sampai ada misunderstanding π Saya pihak pribadi keluarga R.M. Sunardi Suryodiprojo.
4. Saya: R. Halilintar Surya adalah cucu dari R.M Sunardi Suryodiprojo, anak dari R. Guntur Mardiko. Keluarga besar R.M Sunardi Suryodiprojo.
5. Terkait postingan mas Suprapto di sahabat silat, bahwa mas Guntur dilatih oleh mas Budi Santoso tidak benar. Merka hanya teman seangkatan waktu dilatih oleh alm. R.Hadisuryanto. Keilmuan murni didapat dari R.M Sunardi (ayahnya) dibawah bimbingan R. Hadisuryanto (mas yanto/kakaknya) diantaranya stroom, pernapasan matahari dll. Mbak Ning yang disebut mas Purwoto sebagai suka menyediakan teh, adalah adik dari Mas Guntur (anak perempuan dari R.M. Sunardi Suryodiprojo/salah satu ahli waris keilmuan Tunggal Hati (TH)).
Jadi menurut saya “overclaim dr mas Guntur itu tidak ada”. Dan masalah memang sudah dianggap selesai karena kepergian alm. Mas Budi dan alm. Mas Purwoto baru2 ini, saksi hidup hanya tinggal 2 dari keempat pendekar muda TH tersebut. termasuk mbak Ning. Postingan awal saya yang paling pertama adalah ketika sebelum kepergian beliau2.
Intinya tujuan saya sekarang tidak ingin mengungkit2 dsb. dan saya pun sudah ikut bersilaturahim bersama R. Guntur Merdeka dan RM Hadiwijoyo dengan Mas/Bapak alm. Purwoto pada tanggal 10 Agustus 2013.
Adapun sumber dan data diatas bukan untuk “mengungkit” atau “memperdebatkan” namun hanya klarifikasi masalah claim2an.
Terima kasih banyak mas MPCRB.
Kalimat awalnya khan Anda sendiri mas yang mengatakan MP itu klaim keilmuannya tidak benar? Lalu kenapa kok jadi ngeles begini setelah saya bilang bahwa dewan penasehat MP sudah ketemuan dengan dewan penasehat THS-THM dan tidak ada masalah pada keilmuan. Masing-masing dengan jalurnya masing-masing.
Reti Ati, turunan dari dari THS-THM maka dipastikan ia tidak sejajar dengan THS-THM karena Anda mengakui bahwa Reti Ati adalah turunan dari keilmuan THS-THM yang dikembangkan sendiri oleh mas Guntur toh? Lalu bagaimana bisa MP yang nyata-nyata SEJAJAR dengan THS-THM posisinya dan sudah beres masalah klaim-klaim-an tiba-tiba jadi bermasalah sama sejarah dan keilmuan ala Reti Ati? Apalagi usia mas Guntur saat itu jauuuuh lebih muda dibanding mas Poeng dan mas Budi? Ini seperti halnya bapak dan kakeknya sudah oke, tapi cucunya ribut sendiri. π
Ini sama halnya yang terjadi saat ini dengan saya pribadi. Dimana saya pribadi saat ini sering ngumpul dengan pesilat-pesilat tradisional di padepokan. Saling sharing teknik, keilmuan, dan bahkan olah nafas. Lalu beberapa tahun kemudian saya publikasikan keilmuan saya yang sudah solid. Teman-teman saya melihat itu, dan tidak masalah karena mereka tahu bahwa yang saya publikasikan adalah BUKAN ILMU MEREKA. No problem. Tapi sejarah dimana saya pernah belajar bersama itu tidak akan hilang. Hanya sebatas itu saja. Lalu tiba-tiba ada cucu dari teman saya yang ‘berteriak’ di social media dan forum online bahwa ilmu saya itu aslinya ilmu turunan bapaknya berdasar data sejarah latihan bersama. Dan dipastikan pula bahwa klaim keilmuan saya mesti keliru. Ya saya senyum-senyum saja.
Alasan kenapa saya katakan mas Guntur overreaktif adalah klaim dari Reti Ati bahwa Reti Ati adalah perguruan silat pertama yang demonstrasi pemecahan benda keras. Hehehe. Pernyataan ini disampaikan di forum Paseduluran Angkringan Silat di Facebook. Jelas saja langsung dibantah. Dan yang membantah adalah pakdhe Sardjono Tjipto bahwa saat tahun 60-an, beliau (pakdhe Sardjono) sering demo bersama teman-teman MP dan sudah melakukan pematahan benda keras. Lha berapa usia mas Guntur saat itu? π
mas MPRCB dan Mas Halilintar monggo dikondisikan utk berdiskusi di ruang yang tertutup saja , saya rasa ini bukan untuk konsumsi umum . Masih banyak masalah yg lebih serius di hadapan kita tentang Pencak Silat di Indonesia ini . Saling menjaga silaturahmi dan kebersamaan lebih penting .
Kondisikan mana yg untuk umum dan mana yg untuk intern .
Terima Kasih
Salam Pencak Salam Budaya
Terima kasih mas MPCRB.. yang demo pemecahan pertama kali bukan RA/mas Guntur mas tetapi Tunggal Hati yg berdiri pada tahun 1951-1962.. π sudah ada di sahabat silat.
mas Yossi mohon pangapunten π dan terima kasih mas atas sarannya.. maju terus mas untuk PAS…
Terima kasih mas Yossi dan mas MPCRB
salam pencak
Terima kasih mas Yosi. Sayapun tidak akan seramai ini apabila postingan komentar awal dari mas Halilintar tidak menyinggung MP.
Karena antara MP dan THS-THM sudah selesai, baik-baik saja, klaim masing-masingnya pun sudah diakui tidak bermasalah. Namun tiba-tiba ada yg klaim ‘ngotot’ dengan menyebut nama MP secara jelas sebagai turunan yg tidak mengakui induknya. Maka jelas ini harus diluruskan.
PR silat masih panjang. Maka seperti yg saya katakan sebelumnya, lebih baik anak-anak muda yang sedang bersemangat dalam perguruannya menyalurkan energinya utk mengembangkan silat.
MP sudah melakukan itu. Mengembangkan diri, menggapai prestasi, meraih juara dunia, berkontribusi pada budaya, pendidikan, militer, tunanetra, dll dll. Maka alangkah lebih baiknya energi mas Halilintar diarahkan kesana. Silahkan kembangkan ilmu perguruannya, raih prestasi sebanyak-banyaknya, maka dunia akan melihat secara real. Itu lebih baik. Munculkan atlet-atlet berbakat dari perguruannya. Dan biarkan kami semua melihat itu dan semua akan menghargai sebagai suatu prestasi yg luar biasa.
Salam untuk semua.
baik ……sampun nggih sebaiknya diskusi di ruang tertutup saja kalo masih ada yg ingin di diskusikan ..semangat kita sama kan utnutk kemajuan Pencak Silat ….
Maturnuwun , Salam