Paseduluran Angkringan Silat

Paseduluran Angkringan Silat

Banyak pendapat tentang belajar silat di banyak aliran itu boleh atau tidak. Ada yang mengatakan boleh ada juga yang tidak. Saya pribadi sih berpendapat kalau hal itu tidak masalah. Tapi tentunya ada juga orang yang berpendapat sebaliknya.

Seorang guru silat yang saya kenal, memperdalam hanya satu aliran saja selama 40 tahun lebih. Cara bergeraknya tentu saja luar biasa luwes. Aliran lain yang diketahuinya hanya diambil sebagai pelajaran sepintas untuk tahu “oh ini gaya dari aliran ini”. Tapi tak satupun aliran lain dipelajarinya. Sementara guru silat yang lain mempelajari sangat banyak aliran silat. Strateginya dalam bergerak sangat banyak. Pengetahuannya yang luas akan berbagai bentuk menjadikannya memiliki sudut pandang yang banyak terhadap sebuah respon atau antisipasi dengan berbagai gaya dan sudut pandang berbagai aliran.

Tapi mana yang lebih baik ? Tidak ada. Keduanya sama-sama hebat menurut saya sesuai dengan caranya masing-masing.

Bagi saya, sah dan boleh saja belajar silat di beberapa aliran. Tapi, tentunya harus ada aliran yang menjadi patokan kita untuk di kuasai terlebih dahulu. Karena setiap aliran memiliki cara dan gayanya masing-masing sehingga bisa jadi saling berbenturan dan saling mementahkan. Tanpa adanya dasar yang cukup tentunya malah hanya membuat kita menjadi kebanyakan gaya tanpa bisa menguasainya secara sempurna.

Tentunya belajar yang baik adalah belajar untuk minimal menguasainya hingga tahap tertentu dimana kita bisa dikatakan cukup menguasainya. Kalau sedikit-sedikit sudah pindah aliran pada akhirnya kita hanya akan jadi seorang kolektor “pernah belajar”, dan seringnya akan penuh dengan “katanya” atau “sepertinya” atau “pokoknya kira-kira seperti ini”,  tanpa menguasai aliran tersebut. Jumlah kolektor seperti ini cukup banyak ditemui sekarang ini. Apalagi dengan semakin mudahnya mengakses pelajaran dari guru besar perguruan YouTube sehingga ketika memainkan permainannya tidak bisa menunjukan sebuah tingkatan yang “cukup” untuk dikatakan mengenal aliran tersebut, misalnya memainkan jurusnya sesuai dengan tata cara dan gaya alirannya. Tidak hanya disilat, tapi hal ini juga terjadi di banyak aliran beladiri lain.

Jadi bagaimana baiknya ?

Kalau menurut saya ada 2 strategi yang bisa dilakukan, yang tentunya ke-2-nya membutuhkan penguasaan di tahap tertentu di sebuah aliran terlebih dahulu.

1. Putuskan aliran mana yang menjadi dasar keilmuan, lalu pelajari aliran lain untuk memperkuat keilmuan kita di aliran utama kita. Biasanya orang yang mempelajari dengan cara ini lebih memilih belajar hal-hal yang sifatnya pokok saja dan memperdalam hal tersebut. Seringnya sudah ada kesepakatan dengan sang guru tentang batas yang ingin dipelajarinya.

2. Pelajari saja sebagai pengetahuan hingga tamat ilmu atau sampai tahap tertentu. Tamat ilmu bukan berarti tamat dan menguasai segalanya. Tamat ilmu adalah tamat dalam materi pelajarannya. Misalnya tamat seluruh jurusnya. Tentunya khasanah keilmuannya akan berbeda dengan yang memperdalam dengan sungguh-sungguh aliran tersebut. Cara ini tentunya membuat kita menguasai secara materi dengan lebih dalam dibandingkan strategi belajar pertama.

Ke-2 cara ini bisa menjadi kelebihan dan juga kekurangan. Satu kelebihan yang pasti adalah kita bisa mempelajari strategi-strategi dan cara yang digunakan oleh sebuah aliran sehingga tidak akan asing lagi ketika ber-“sentuh” tangan dengan aliran tersebut. Tapi tentunya dengan pelajaran yang cepat beberapa hal tentunya akan belum bisa dikuasai. Misalnya kalau di silat Cimande yang terkenal dengan tangannya, belum “jadi” tangannya secara sempurna.

Strategi pertama tentunya secara keilmuan aliran utama kita akan semakin banyak berkembangan dan bervariasi. Sementara aliran lainnya  mungkin hanya sampai tahap secukupnya karena diarahkan untuk memperdalam hal-hal yang diperlukan untuk lebih menguasai aliran utamanya. Pelajaran yang sedikit tapi menuju ke hal utama dan belajar menguasainya. Bukan hanya sedekar tahu “pokoknya seperti ini”. Pendalaman ini tentunya tetap membutuhkan waktu karena tidak mungkin menguasai sebuah cara yang membangun sebuah aliran dalam waktu singkat, apalagi kalau cuma dalam hitungan hari.

Sementara strategi kedua, biasanya kita bisa bergerak dengan “cara” yang dimiliki oleh alirannya, tapi penguasaannya ada dalam batas tertentu juga. Gerak, strategi permainan dan cara-cara yang baku secara umum bisa dikuasai. Pendalaman lebih lanjut tentunya akan kembali kepada kemampuan praktisinya sendiri.

Satu hal yang pasti adalah mempelajari banyak aliran tentunya tidak menutup kemungkinan terjadinya “kebingungan” gerakan. Misalnya suatu aliran silat yang biasa menggunakan gebrakan kaki, ketika harus menggunakan cara halus, mungkin akan sesekali tak sengaja  mengeluarkan gebrakannya yang secara aliran yang sedang dimainkan adalah salah.

Manapun pilihannya, sama baiknya dengan kita hanya berkonsentrasi menguasai satu aliran saja. Semua adalah pilihan masing-masing. Yang penting adalah keseriusan berlatih untuk menguasainya. Tidak sedikit aliran besar yang pada dasarnya adalah gabungan dari beberapa aliran yang dipelajari oleh penciptanya dan hasilnya menjadi sebuah aliran yang cukup ternama. Sebutlah misalnya Cikalong.

Satu hal yang juga perlu di garis bawahi dan dilakukan oleh praktisi yang mempelajari banyak aliran adalah sebagai penghormatan terhadap aliran masing-masing, tinggalkan dulu aliran lain ketika belajar di sebuah aliran sehingga kita bisa belajar dengan serius dan pengakuan bahwa kita menjadi murid. Masa sih kita berguru untuk mendapat ilmunya mau tapi malu menyebutkannya sebagai guru. Sebuah bentuk penghormatan yang sangat sederhana tapi cukup sering dilupakan. Dan jangan lupa untuk jujur kepada guru kita tentang tujuan kita berlatih.

Salam