Dukungan anda kepada Tangtungan Indonesia akan sangat membantu kami dalam usaha pelestarian dan promosi Pencak Silat sebagai budaya warisan Indonesia. Silahkan kunjungi link berikut untuk mendukung kami : https://sociabuzz.com/tangtungan/support
Penulis : GJ Nawi
Meski tidak menafikan keterlibatan cabang olah raga ilmu bela diri lainnya, dapat dipastikan bahwa Pencak Silat sebagai cabang olah raga ilmu bela diri yang berangkat dari ilmu bela diri tradisional Indonesia, turut terlibat langsung dalam kancah peperangan dan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia baik secara personal maupun organisasi (kelaskaran).
Dalam catatan sejarah primer maupun tuturan lisan banyak menceritakan bahwa tidak sedikit para pejuang dalam kancah perang kemerdekaan berlatar belakang seorang pendekar pencak silat atau kalaupun para pejuang itu bukan seorang pendekar, setidaknya menjadikan ilmu bela diri tradisional ini sebagai modal menghadapi penjajah.
Kisah-kisah heroik para pejuang yang bersenjatakan seadanya mampu menghadapi tentara-tentara NICA Belanda atau bahkan tentara Gurkha yang menjadi bagian pasukan sekutu (Inggris) yang dikenal kehebatannya dalam pertarungan “man to man.”[1]
Beberapa organisasi kelaskaran yang berlatar belakang sebuah perguruan pencak silat yang fenomenal dalam perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan antara lain Pasukan Pencak Silat Partisan Siliwangi yang dipimpin Ama Raden Puradiredja di Purwakarta dan Laskar Wanita Barisan Rengganis di bawah pimpinan Endi Karta di Kampung Dunguscariang, Andir, Bandung. Begitu pula di wilayah lain seperti di Bali, Pasukan TKR Ciung Wanara yang dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai dan merupakan pengembangan dari Korps Prayodha memiliki latar belakang ilmu bela diri pencak silat yang disokong oleh komandan Panglima Divisi VIII?Suropati di Malang, Jenderal Mayor Imam Soedjai[2], yang juga dikenal sebagai seorang pendekar pencak silat. Sedangkan di kampung-kampung berdiri organisasi Polisi Kampung yang dimobilisasi dari masyarakat yang memiliki keahlian pencak silat.
Secara personal banyak pemimpin laskar dan pejuang kemerdekaan yang berlatar belakang seorang pendekar pencak silat, di Front Timur Jakarta dikenal Haji Darip dengan jurus pencak silat “Tiga Manis” atau Imam Soedjai di Lumajang yang merupakan pendekar pencak silat “Pentjak Organisasi.”, kemudian dari Garut terdaat Kyai Joesoef Toedjoeri, seorang pendekar pencak silat dan seorang ulama kharismatik yang anyak mengajarkan pencak silat kepada anggota Barisan Pelopor[3]. Lalu tokoh BKR Surabaya, Sudisman yang merupakan ketua organisasi “Pentjak Boedi Sedjati” (PBS)[4], serta banyak lainnya yang jika disusun dapat menjadi sebuah buku.
[1] Soeloeh Ra’jat, 2 Juli 1946. Hlm. 1.
[2] Biografi Pahlawan Nasional Dari Lingkungan ABRI, Markas ABRI, 1979. Hlm. 169.
[3] Tjahaja, 17 April 1945.Hlm. 2.
[4] Parlaungan, Hasil Rakjat Memilih Tokohh2 Parlemen, N.V. Masa Baru, 1955. Hlm. 295.
Recent Comments