Dukungan anda kepada Tangtungan Indonesia akan sangat membantu kami dalam usaha pelestarian dan promosi Pencak Silat sebagai budaya warisan Indonesia. Silahkan kunjungi link berikut untuk mendukung kami : https://sociabuzz.com/tangtungan/support

Penulis : GJ Nawi

Jakarta yang menjadi titik pusat kebudayaan Betawi sejak lama merupakan rendezvous dari berbagai suku bangsa. Disamping sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda sewaktu bernama Batavia, Jakarta juga merupakan kota bandar yang banyak disinggahi banyak orang dari berbagai ras untuk berdagang sejak bernama Sunda Kalapa, termasuk orang-orang dari daratan Tiongkok.

Mereka yang menjadi leluhur-leluhur perantau dan yang menjadi cikal bakal orang Tionghoa Indonesia hampir semuanya berasal dari pesisir tenggara dan selatan Tiongkok, seperti provinsi Guangdong, Fujian dan Hainan.

Menurut Pauline Dublin Milone (Indische Culture and Its Relationship to Urban Life: 407-426) secara kultural orang-orang Tionghoa yang bermigrasi ke Betawi dapat dibedakan menjadi dua golongan.

Pertama adalah Tionghoa totok atau singkeh, yaitu orang-orang yang dilahirkan di Tiongkok. Mereka bermigrasi ke Betawi setelah Dinasti Manchu berkuasa di Tiongkok pada tahun 1644. Ciri mereka antara lain rambut bagian depan dicukur dan memakai taucang.

Mereka membawa kebudayaan negeri asalnya, salah satunya adalah ilmu bela diri ke Batavia dan mengembangkannya. Kedua adalah Tionghoa peranakan, yaitu orang-orang keturunan dari hasil pencampuran orang Tionghoa dan masyarakat lokal.

Salah satu unsur dari kebudayaan Betawi yang mendapat penyuburan dan pengaruh dari kebudayaan Tionghoa adalah seni bela diri, atau dalam istilah lokal Betawi disebut Maen Pukulan atau Silat.

Orang-orang di daratan Tiongkok dalam bahasa resminya (Kuo Yu) menyebut ilmu bela diri dengan Yu Su yang artinya ilmu kelemasan atau Wushu yang berarti seni perkasa atau seni perang.

Ketika orang-orang Tiongkok Selatan mengembangkannya di Betawi oleh orang Tionghoa peranakan disebut Kuntao. Etimologi kuntao berasal dari dialek Hokkian yaitu Kun Thau (拳頭), yang secara harfiah berarti kepalan tangan atau tinju, secara bebas memiliki pengertian Seni Bertarung.

Kuntao di Batavia 1930an. Sumber Sin Po.

Beberapa pengaruh dari unsur-unsur seni bela diri Tionghoa yang terdapat dalam Silat Betawi, hal itu dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain:

Geo Budaya

Secara umum aliran-aliran Maen Pukulan Betawi yang banyak dipengaruhi oleh seni bela diri Tionghoa atau Kuntao berada di tengah dan barat Tanah Betawi, atau daerah yang berdekatan dengan kantong-kantong pemukiman Tionghoa, dalam hal ini kampung dan pusat perekonomian. Kampung-kampung di wilayah barat seperti Cina Benteng Tangerang dan daerah perekonomian di wilayah budaya Betawi, seperti Tanah Abang, Pasar Baru, Senen, dan Kwitang.

Sejarah Tuturan Lisan

Beberapa aliran Silat Betawi yang memiliki keterkaitan sejarah tuturan lisan dengan seni bela diri Tionghoa hingga mempengaruhi aspek-aspek di dalamnya, antara lain: Maen Pukulan Beksi atau Bhr, Maen Pukulan Rahmat, Maen Pukulan Mustika Kwitang, Maen Pukulan Lekap, Maen Pukulan Tan Kam Blong, dll.

Istilah, Nama Kaidah Gerak dan Jurus

Terdapat beberapa aliran Maen Pukulan Betawi yang memiliki istilah dan penamaan yang akar katanya berasal dari dialek Hokkien Tiongkok Selatan, seperti nama Silat Beksi berasal dari Bhe Si (Hokkien: kuda-kuda). Istilah Soja atau Souwja (Baoquan Li,), adalah sikap hormat permulaan yang umum ditemukan pada aliran Maen Pukulan Betawi yang dipengaruhi seni bela diri Tionghoa. Begitu pula beberapa istilah dari bahasa Hokkien pada kaidah gerak dan jurus yang sering ditemukan adalah Lok Bhe (kuda-kuda rendah), Tian Liong Kun (Jurus Naga Langit).

Pakaian

Baju Tikim dan Celana Pangsi, belakangan baju yang berangkat dari pakaian tradisional keseharian itu disebut baju sadariah kemudian baju koko. Baju tikim (Hokkian: tui kim) dan celana pangsi (Hokkian: phang si) diadaptasi dari pakaian tradisional orang Tionghoa di Batavia, yang masih digunakan orang Tionghoa di Batavia hingga awal abad ke-20 menggunakan lima kancing.

Senjata Tradisional

Pada senjata dapat diketahui bahwa toya, senjata cabang seperti teco, sikak atau thi pi adalah pengaruh dari senjata ilmu bela diri orang Tionghoa.

Aliran Maen Pukulan yang dipengaruhi ilmu bela diri Kuntao, selain dapat dilihat dari gerak dan langkah jurus juga dari pakaian dan senjata tradisional yang digunakan.