Alien telah menguasai negeri kita.
Silat merupakan salah satu budaya negeri ini yang telah melewati masa bertahun-tahun menginjakan kaki di negeri ini, berbaur dengan budaya dan masyarakat negeri ini. Silat sudah berbaur dalam berbagai lapisan mas,yarakat, bertualang bersama jaman dan menghasilkan berbagai kisah dari para pendekar dari masa ke masa. Kisah petualangan, kisah penciptaan dan kisah hidup para pendekar dari masanya cukup banyak bertaburan di negeri ini. Juga kisah-kisah seru yang melingkupi berbagai kerajaan yang ada di negeri inipun tak kalah serunya.
Lalu bagaimana dengan para alien dan para penghuni planet lain yang kemudian menguasai negeri ini ?
Mari kita coba bertanya pada anak-anak di play school atau TK. Apakah mereka mengetahui kisah tentang Gajah Mada ? Apakah mereka mengetahui tentang silat ? Apakah mereka mengetahui tentang pendekar pencipta aliran Cikalong ? Atau pertanyaan sejenis lainnya ?
Kebanyakan dari mereka tidak tahu.
Lalu coba tanya, apakah mereka tau Ninja ? Jawaban cepat terdengar, “Ninja Go”. Apakah mereka mengetahui tentang alien ? Segera sebuah jawaban melayang, “Ben 10“. Nyaris merata dimana-mana mereka mengetahuinya.
Wow ……………..
Salah satu hal yang membuat kisah lokal tersepak ke pinggir adalah karena media televisi. Tontonan anak di masa sekarang ini dan yang menjadi hiburan bagi mereka. Sementara lingkungan sekitarnya tidak memberikan dukungan untuk mereka mengetahui hal tersebut.
Siaran televisi bergelut di seputar rating. Sementara kemasan kisah-kisah lokal yang bisa menghibur dan bisa disesuaikan dengan usia anak masih bisa dibilang belum ada. Rating tertinggi nampaknya masih dikuasai oleh sinetron yang menampilkan mimpi menjadi kaya, kekerasan, cinta dan juga penampilan orang yang kalau mikir bicara sendiri.
Sementara kisah sejarah belum banyak diangkat, yang kalaupun diangkat telah mengalami banyak perombakan demi rating, misalnya alur sejarahnya sendiri ataupun detail-detail kecil yang di suguhkan. Misalnya penggunaan ikat kepala yang tepat untuk masa dan asal orangnya.
Merupakan sebuah tantangan bagi kita, terutama para orang tua dalam memperkenalkan budaya kita pada anak-anak kita, para kakak pada adik-adiknya, para saudara pada lingkungan keluarganya, para tetangga pada lingkungan RT atau RW-nya dan seterusnya.
Tentu saja untuk mewujudkan hal ini menuntut banyak pihak untuk saling mendukung. Misalnya, para orang tua, pihak sekolah dengan mata pelajaran atau kegiatan-kegiatannya dan juga media, terutama televisi yang sekarang ini sering dijadikan sarana belajar atau sarana melarikan diri para orang tua agar mendapatkan waktu beristirahat atau melakukan kegiatan lain.
Akankah kita akan mendiamkan hal ini terjadi begitu saja ? Membiarkan kisah-kisah dari tanah bangsa ini lenyap dalam deru tembakan tenaga super para pahlawan super dari planet asing dan membiarkan para alien menginjak dan menyepak budaya bangsa kita ini ?
Sulit memang. Tapi bukan berarti tidak bisa. Hanya saja terjangan budaya, hiburan dan lainnya memang sangat kuat sehingga di tuntut sebuah kreatifitas yang tinggi untuk bisa melawan terjangan para alien dan para pahlawan dari planet lain yang kian hari mendesak generasi muda dari kisah-kisah lokal.
Sebuah tantangan bagi kita untuk mengemaskan menjadi sesuatu yang menarik sehingga bisa mendudukan anak-anak untuk betah menyaksikannya. Tantangan untuk menggantikan Ninja Go dalam imajinasi mereka menjadi seorang pendekar silat. Menggantikan pahlawan super Ben 10 menjadi seorang pengibing yang meliuk indah dibawah tabuhan kendang pencak. Menggantikan kecintaan mereka dari film-film animasi kepada kisah-kisah lokal yang banyak menyimpan kearifan loka.
PR kita masih banyak…..
Mari berjuang bersama untuk mewujudkannya.
Kemasan!
Menurut saya selain faktor di atas adalah cara pengemasan produk/ budaya lokal yang kadang terkesan seadanya. Silat memang tradisional tapi gak menutup kemungkinan setiap padepokan mesti punya tempat latihan yang bagus dan sarana yang lengkap, manajemen yang baik namun tetap menyanjung tinggi seni sebenarnya.
Dukungan pemerintah mutlak dibutuhkan untuk pemenuhuna kebutuhan di atas salah satunya kurikulum / extra pelajaran silat
Peran sineas dalam membuat film silat bisa lebih mengangkat dari kehebatan silat itu sendiri bukan hanya rating membuat silat jadi film murahan di layar kaca dengan adegan yang “terlalu fantastis”.
Mimpi saya sih harusnya ada Kampus Silat seperti Kampus KungFu di China sana dengan kurikulum standard sekolah plus pelajaran silat baik teori maupun praktek yang outputnya bisa kerjasama dengan rumah produksi maupun jadi praktisi. 😀