Kaidah dalam jurus sebenarnya menggambarkan aturan, hukum dan perinsip yang  dianut suatu sistem beladiri. dimana didalamnya terdapat perinsip perinsip tenaga, titik ledak, energi, balance dan keseimbangan serta pernapasan dan rasa yang di lakukan selama melakukan jurus.

kesadaran dalam melakukan jurus dengan benar tidak lah cukup untuk bisa memahami kaidah jurus dan makna dari jurus itu sendiri, perlu jam terbang yang cukup tinggi dan kerajinan dari yang bersangkutan untuk melatih gerakan yang di kuasai sehingga menjadi gerak reflek yang sudah menyatu dengan badan kita.

ternyata faktor ini pun masih belum cukup juga, karena selain perlunya minat dan bakat untuk menguasai jurus sehingga bisa menguasai kaidah dalam jurus, ternyata faktor kecerdasan juga menjadi penentu atas penguasai sebuah jurus.

Daya analisa gerak, tenaga, balance dan rasa tidak cukup hanya di rasakan saja. perlu ada kemampuan lebih selain tentunya kekuatan fisik dan spirit yang perlu terus dijaga sebagai seorang praktisi beladiri.

Salah satu contoh apa yang penulis alami beberapa hari yang lalu, ketika menunjukan kembali kepada guru silat penulis bagaimana bentuk pukulan suliwa yang selama ini penulis fahami. ternyata ada hal perinsip dalam kaidah jurus yang penulis salah lakukan, dinama arah tenaga dan arah gerkan tidak sesuai dengan kaidah yang semestinya. ini baru disadari ketika beliau menunjukka akibat dari perbedaan kaedah ini terhadap teknik dan implementasi jurusnya.

Ternyata perbedaan kecil sangat berdapak besar khususnya buat kita yang banyak belajar silat yang mengandalkan ketajaman rasa. contoh yang paling mudah adalah pada posisi tangan ketika sikap awal sebelum jurus. Kaidah dan perinsip jurus mengajarkan sebelum berjurus sikap siap kita adalah dalam posisi berdoa, dimana kedua tangan dalam posisi berdoa dengan arah tangan terbuka keatas dan sudut yang terbentuk di sikut kita kurang lebih 45 derajat.

ini adalah posisi paling rilex dan balance, dimana tenaga tangan nyaris kosong dan santai. bandingkan jika posisi tangan tidak terbuka dan miring, kemudian sikut kita membuat sudut lebih besar atau lebih kecil dari 45 derajat. maka posisi tangan kita tidak dalam keadaan rilex dan kosong, bahkan paling tidak kita harus mengeluarkan tenaga lebih besar untuk menahan posisi ini di bandingkan posisi sebelumnya.

saya semakin yakin bahwa kesadaran dan pemahaman terhadap kaidah jurus adalah faktor yang perlu di jelaskan dengan cukup gamblang, meski memang tidak semua guru akan menjelaskan secara detail maksud jurus bahkan rahasia jurus tersebut.

pada nyataannya setiap kesalahan atau kekalahan yang terjadi dalam pertarungan hampir sebagian besar dapat dipastikan dari kurang pahamnya atas kaidah jurus sehingga tidak sempurna dalam berjurus serta masih kurang menguasai jurus dengan benar sehingga kita tidak bisa bersilat secara benar dan sesuai dengan kaidah jurus yang semestinya.

 

 

 

Ceplosan, Kocoran dan leungitan

Dalam beberapa aliran pencak silat Jawa Barat kata Ceplosan, Kocoran, Leungitan sering di sebut sebagai salah satu kaidah silat yang di pakai. Secara bahasa kata Kocoran berarti mengalirkan arah serangan atau tenaga lawan, sedangkan  kata Ceplosan bisa berarti Jeblos (bahasa indonesianya apa ya?) serangan atau tenaga lawan. sedangkan leungitan adalah menghilangnya sasaran lawan karena pindah baik secara target serangan maupun secara tenaga.

Istilah Kocoran mungkin agak sedikit mudah di jelaskan seperti perinsip mengalirkan tenaga lawan, karena kata kocor dalam bahasa sunda berarti mengalir. seperti pada kata “Cai Ngocor” yang artinya “Air Mengalir”.

Contoh yang paling konkrit adalah pada kasus lawan menyerang dengan pukulan lurus yang di terima bukan dengan tangkisan tetapi dengan mengalirkan tenaga pukulan itu sampai habis. bisa dilakukan dengan tempelan atau tangkapan tergantung kasus yang di hadapi dan posisi yang kita sukai.

Istilah ceplosan bisa juga berarti jeblosan, mirip dengan Kocoran hanya saja ceplosan biasanya melewatkan serangan lawan dengan terlebih dahulu membendung tenaga lawan kemudian melepaskannya sambil memberikan tambahan tenaga atau serangan.

Contoh Ceplosan adalah ketika lawan menyerang di tahan (bendung) dengan tangan baik berupa tangkapan atau tangkisan yang menyebabkan lawan memaksa untuk memasukkan serangannya. nah pada moment lawan memaksa ini tenaga di kosongkan sehingga efek coplosan ini benar benar bisa dilakukan sekaligus menambahkan tenaga pada saat lawan nyeplos tadi.

yang ke tiga adalah Leungitan, ini erat kaitannya dengan permainan kosong, dimana lawan menyerang kita dan seketika juga kita hilang dari target serangan lawan (bersamaan). atau dalam permainan usik biasanya ketika lawan menyerang masuk maka kita akan memberikan tenaga kosong sehingga lawan merasa seolah olah target serangan menjadi hilang.

Contohnya pada kasus lawan mendorong badan kita, ketika lawan mendorong maka bersamaan kita mengikuti gerakan lawan dengan posisi tenaga kosong menghilang dari target serangan lawan. bisanya gerakan ini dibantu dengan teknik robahan dan langkah sehingga lawan akan merasa kehilangan target serangan

Sepertinya konsep ini agak susah di mengerti mengingat bahwa kaedah, Kocoran, Ceplosan dan leungitan ini hanya bisa di lihat dan di rasakan ketika bersamboeng tangan dengan lawan.

Gerakan Ke atas, Ke bawah, Parabola dan spiral

Kaedah lain dari permainan silat khususnya penca adalah kaitannya dengan arah serangan dan arah putaran.kaedah arah serangan yang digunakan dalam silat yang dianggap bentuk serangan yang efektif adalah :

  • Arah keatas, yaitu arah serangan yang dilakukan dengan cara menyerang lawan dari bawah ke atas. contohnya bisa berbentuk dorongan atau pukulan (seperti pukulan hook) yang bisa berakibat lawan akan terjengkang kebelakang.
  • Arah kebawah, yaitu arah serangan yang dilakukan dengan cara menyerang lawan dari arah atas ke bawah. contohnya bisa berbentuk dorongan atau pukulan dari arah atas ke bawah yang bisa berakibat lawan akan jatuh ke bawah.
  • Parabola, yaitu bentuk serangan yang dilakukan dengan menyerang lawan dengan bentuk gerakan membentuk parabola, baik itu parabola ke atas maupun parabola ke bawah. Contohnya beruba gerakan menarik lawan agar lawan terjerembab jatuh atau terpelanting dan “terbang”

ketiga bentuk kaedah ini bisa dilakukan dengan bentuk serangan pukulan, dorongan atau tarikan tergantung kepada kondisi ketika gerakan ini dilakukan. Salah satu alasan logis dari kaedah ini adalah mengikuti hukum kekekalan gaya dalam ilmu fisika. jika kita menarik sesuatu benda dengan arah sejajar dengan benda tersebut maka akan terjadi gaya tarik menarik sehingga kemungkinan lawan akan bisa mempertahankan diri bahkan menyesuaikan diri dengan serangan kita akan sangat besar. sebaliknya dengan arah gerakan dan serangan yang mengikuti kaidah keatas, kebawah atau para bola maka gaya kesetimbangan lawan akan goyah dan akan mudah untuk kita jatuhkan.

Kaidah yang ke empat yaitu gerakan spiral, berbeda dengan kaidah sebelumnya kaidah spiral ini bertujuan agar lawan tidak bisa mengikuti gerakan kita. contoh nya pada teknik membanting lawan, kita bisa membanting lawan dengan cara menarik lawan dengan tangan kita kemudian memutar badan kita dengan sambil menarik tangan lawan semakin ke bawah atau ke atas sehingga membentuk gaya spiral.

sebagian besar teknik memutar digunakan untuk membuka sesuatu, contohnya pegangan tangan lawan dan biasanya ini berhasil. tetapi dengan teknik spiral kita bisa membuka sambil menyerang lawan.

Sebagai bahan analisa kenapa setiap pukulan tangan pergelangan tangan kita selalu di putar dari yang tadinya mengepal menghadap keatas sampai akhirnya mengepal dan tertelungkup ?

Lempeng ku Serong, Serong ku lempeng

Kaedah yang terakhir yang saya coba bahas di sini adalah kaedah posisi badan yaitu “Lempeng ku serong, serong ku lempeng“. Maksud dari kaedah ini adalah konsep serang bela dimana pada posisi lurus maka harus di counter dengan posisi serong demikian pula sebaliknya posisi serong harus di counter dengan lurus.

Yang di maksud lurus disini adalah bentuk serangan berupa pukulan lurus dengan kuda kuda kaki dan tangan yang sama di depan – misalnya memukul dengan tangan kanan dan posisi kaki kanan yang maju

Sedangkan yang di maksud serong adalah posisi badan serong dimana bentuk kuda kuda atau bentuk serangan serong membentuk sudut antara 15 – 45 derajat terhadap arah serangan musuh.

Kaedah Lempeng ku serong, serong ku lempeng adalah kaedah silat yang berpatokan pada bentuk dan posisi lawan terhadap posisi kita dengan memperhitungkan faktor sudut serang lawan dan sudut serang kita.

Pada hampir setiap perkelahian dan pertarungan selalu terjadi pada bentuk di mana kita dengan lawan selalu berhadapat secara frontal (sama – sama lurus), sehingga para prakteknya aplikasi sambut pukul yang sangat mengandalkan teknik dan fisik sangat menjadi andalan dalam  perkelahian jarak dekat dengan model ini.

Jika kita bandingkan dengan definisi kaedah Jurus diatas tentu saja sangat bertentangan dengan kadah ini, kaedah ini sendiri di perkenalkan oleh para jawara maenpo sejak dahulu kala. dimana para sesepuh kita sangat menyadari betapa tidak efisien dan menguras tenaga jika kita berhadapan dengan lawan secara frontal. untuk itu  kaedah ini di perkenalkan dengan maksud dan tujuan agar ketika kita berhadapan dengan lawan bisa kita hadapi dengan cara yang efektif dan efesien langsung pada tujuan melumpuhkan lawan tanpa menguras tenaga pada acara sambut pukul.

Kaedah Lempeng Ku Serong , mengandung makna jika kita melawan serangan lawan yang lurus dan frontal dengan kita harus di hadapi dengan posisi serong (dengan sudut antara 15-45 derajat terhadap lawan) maksud serong disini bisa berupa egosan atau memang jika tidak sempat mengindari serangan musuh maka dampak serangan yang dirasakan tidak telak (karena posisi badan kita tidak tegak lurus terhadap serangan lawan).

Kaedah Serong ku Lempeng, mengandung makna jika musuh masuk tidak frontal terhadap kita dengan mengambil sudut yang tipis (misalnya pada aplikasi sambut luar) terhadap posisi kita, maka kita harus segera memperbaiki posisi badan kita agar bisa mendapatkan posisi lurus (atau tegak lurus) terhadap posisi lawan kita sehingga sudut serang kita akan lebih menguntungkan kita dan lawan akan mendapatkan posisi kuda kudanya tidak menguntungkan.

Demikian sedikit penjelasan tentang kaedah maenpo/silat sunda yang banyak di terapkan pada aliran “buhun” yang menjadi bukti kekayaan dan ke jeniusan para tokoh beladri masa lalu yang sudah memperhitungkan posisi, tenaga, rasa dan titik berat yang sangat mempengaruhi pada semua permainan silat tradisional khususnya di jawabarat (KN)