Pencak Silat, asli buatan manusia nusantara ataukah hasil impor dari negeri seberang? Begitulah pertanyaan yang sering timbul dari benak para pesilat, pendekar ataupun masyarakat umum. Sejarah pencak silat memang masih gelap, karena silsilah yang ada sekarang ini hanya bisa merunut sejarah perguruan sampai ke sekitar abad ke-18 atau ke-17 saja. Jarang yang bisa menyebutkan sampai ke asal-usul penciptaannya oleh siapa dan kapan. Data inipun juga hanya bisa disebut sebagai sumber folklore dan bukan sejarah, karena kesahihannya dalam penulisan historiografi dianggap tidak memadai karena sulit membuktikan hasil tuturan lisan dengan data primer lainnya.

Arkeologi sendiri adalah ilmu pembuktian materi. Meneliti sejarah pencak silat sama saja meneliti asal-usul manusia itu sendiri. Karena ilmu bela diri sendiri merupakan olahan akumulatif secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ini adalah asumsi atau hipotesa sementara yang dibangun dari hasil penalaran logika atas bagaimana proses membela diri dari manusia kemudian berkembang menjadi seni beladiri yang kompleks seperti sekarang ini. Dan untuk ini ada baiknya kita melihat sejarah manusia itu sendiri.

Hasil penelitian dan penemuan di bidang arkeologi memberikan hipotesa sementara saat ini bahwasanya manusia berasal dari daratan Afrika. Tahun 1974, tim ekspedisi dipimpin Donald Johansen menemukan sisa kerangka mahluk setengah kera setengah manusia yang lalu disebut Lucy. Lucy diperkirakan hidup sekitar 4 juta tahun sebelum masehi. Ia dianggap sebagai cikal bakal manusia purba.

Homo Habilis adalah spesies berikutnya yang muncul di Afrika sekitar 2,5 juta tahun lalu. Spesies manusia purba ini disebut juga “handy man” karena kemampuannya membuat alat serpih bilah batu untuk berbagai keperluan berburu dan bertahan hidup (senjata). Nah, dari sinilah kira-kira manusia mulai belajar bagaimana bertarung melawan binatang (berburu) atau manusia lainnya. Disinilah tehnik perkelahian tangan kosong dan bersenjata tajam pendek seperti kapak genggam purba dipakai untuk bertarung mempertahankan hidup.

Homo Erectus adalah spesies yang berkembang setelah Handy man tadi. Diperkirakan pada sekitar 1,8 juta tahun Sebelum Masehi (SM), spesies ini menyebar dari Afrika ke Eropa dan Asia. Homo Erectus juga ditemukan di pulau Jawa dan spesies ini diperkirakan sudah mengenal alat serpih bilah batu dan kapak genggam lebih maju dan kompleks. Mereka diduga juga sudah mengenal pemakaian bambu sebagai bagian dari peralatan kehidupan mereka. Di fase ini bisa diduga, kemahiran membela diri manusia purba sudah lebih maju, karena kapak genggam yang dipakai jauh lebih bagus.

Namun kehadiran homo erectus akhirnya tergerus oleh datangan homo sapiens, manusia modern yang muncul sekitar 120 ribu tahun SM. Homo Sapiens yang memiliki volume otak lebih besar, muncul sebagai spesies yang lebih unggul dan bertahan dibandingkan homo erectus. Lalu timbul pertanyaan: apakah mereka pernah berperang satu sama lain? Sehingga yang kalah akhirnya bertahan hidup ataukah homo erectus punah akibat wabah penyakit? Hal ini tidak diketahui.  Homo sapiens ini lalu membawa peradaban manusia menjadi lebih maju, dengan dikenalnya teknologi bercocok tanam, sistem religi dan sosial kemasyarakatan. Nah dimasa manusia homo sapiens inilah kemungkinan seni bela diri mulai dibentuk dan dipelajari lebih seksama, karena dari perjalanan kebudayaannya di Indonesia, dimulai dari masa zaman batu tua, zaman batu muda sampai zaman megalitik, kemampuan manusia membuat senjata sudah cukup bagus, sehingga analogi penggunaannya pun juga semakin rumit dan kompleks meliputi gerakan-gerakan yang lebih khusus. Di masa zaman batu itu sudah dibuat senjata  kapak genggam, kapak penetak dari batu yang sangat halus. Namun jika melihat kebudayaan suku tradisional seperti suku Mentawai misalnya sebagai data pembanding, ada kemungkinan seni bela diri saat itu baru sampai pada tahap untuk berperang saja, belum ada gaya gerakan yang pasti dan khas yang bisa dipelajari ulang dan bisa disebut sebagai pencak silat.

 

Mencari Pencak Silat di Masa Sejarah Nusantara

Seni silat kemungkinan baru berkembang setelah Nusantara memasuki masa sejarah yang menyusul setelah penggunaan peleburan logam dikenalkan oleh budaya Dongson dari daratan Cina. Saat itu, pengaruh India dan Cina sangat kuat. Tapi nenek moyang kita lebih memilih India karena peninggalan arkeologi yang ditemui dari masa awal sejarah adalah prasasti yupa di Kutai, Kalimantan (abad ke-4 Masehi) yang berisi keterangan upacara kurban dari agama Hindu serta prasasti kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat.

Khusus Tarumanagara, seni bela diri diduga sudah berkembang menjadi kekuatan militer yang teratur karena salah satu prasastinya sudah menyebutkan bagaimana raja Purnawarman menaklukan musuh-musuhnya dalam perang. Patut diduga, apakah seni bela diri India kuno yang kini menjadi berbagai macam seni bela diri India modern seperti Kalaripayat memberikan pengaruh besar bagi gerakan pencak silat di Nusantara? Pertanyaan ini agaknya akan diragukan para pesilat, karena gerakan Kalaripayat lebih kepada tehnik tempur prajurit di medan pertempuran, bukan sebagai seni bela diri perorangan yang lebih khas gerakannya, apalagi gerakan dari silat Sunda.

India sendiri dianggap sebagai negeri asal kungfu Cina. Seorang pendeta Buddha bernama Bodhidarma dari Tamil India yang hidup di abad 5 masehi mengenalkan ajaran Budha Zen ke Cina. Legenda Shaolin Cina sendiri menyebutkan Bodhidarma yang juga menciptakan seni bela diri di Shaolin.

 

Bagan Sejarah Pencak Silat

—–]——————–]——————–]——————–]———————-]——————-

0 M                         5M                      10M                      15M                     1900

Dasar Silat lokal  Tarumanegara  Sanjaya/Sriwijaya  Majapahit/Pajajaran   Silat Tradisional

Budaya Dongson Bodhidarma ciptakan kungfu (6M)

Dari budaya materi sendiri, artefak yang bisa diasosiasikan dengan Pencak Silat jauh lebih banyak ditemukan dari masa klasik. Keris, tombak, dan lainnya banyak ditemukan dari masa klasik ini. Data literatur kuno yang menyebutkan indikasi adanya penaklukan juga banyak ditemukan: mulai dari prasasti kemenangan (jayastambha) seperti: prasasti Jambu (Tarumanegara), naskah kuno seperti Carita Parahayangan (Kerajaan Sunda), Kidung Sundayana, dll. Namun sebuah catatan khusus mengenai penaklukan bisa dilihat dari tokoh Sanjaya yang hidup sekitar abad 7M yang tidak jauh sesudah masa Bodhidarma dari India yang mengajarkan kungfu kepada Shaolin Cina pada abad ke-6 Masehi.

Penelitian Pencak Silat berdasarkan kebudayaan materi yang ada seharusnya mengambil cara dengan meneliti taksonomi artefak senjata tajam yang ditemukan dari seluruh wilayah nusantara dan membaginya menjadi bentuk modus dan mode. Ide untuk menelusuri bentuk artefak senjata genggam dan melihat dibalik bentuknya, sehingga bisa dirangkai/rekonstruksi kembali fungsi dan penggunaannya. Semoga dari satu cara ini bisa didapatkan sedikit kejelasan asal-usul pencak silat di Indonesia.