Ditengah  makin terbukanya berbagai aliran, semakin mudahnya mendapatkan informasi mengenai silat, menyaksikan jurus-jurus serta aplikasi khas dari sebuah aliran dan hasil dari sebuah latihan, tidak bisa dipungkiri akan muncul pula para peniru dan penjiplak atau penyomot mentah-mentah, sebagian atau pun sepotong atau bahkan 1 jurus lengkap dari sebuah aliran. Terutama dengan semakin mudahnya mengakses guru besar  YouTube yang banyak menampilkan jurus dan demonstrasi dari berbagai perguruan dan aliran silat.

Sebuah aliran silat di ciptakan oleh para jenius. Dari sebuah aliran kemudian muncullah berbagai perguruan. Bisa jadi sebuah perguruan terdiri dari berbagai aliran silat. Dan semakin hari semakin banyak perguruan baru yang bermunculan. Baik dari pecahan sebuah perguruan, pecahan sebuah aliran, mengkombinasikan berbagai aliran atau pun perguruan.

Sebagian dari aliran atau perguruan baru ini berdiri dengan jelas diketahui sumber asal ilmunya. Baik dengan ijin atau pun tidak, tapi tentunya dengan membangun sebuah aliran atau perguruan baru, mereka-mereka ini tentu telah mempelajari sumber-sumbernya dengan baik sehingga bisa menjadi sebuah aliran atau perguran baru.

Tapi selain itu ada juga pelaku comsansin alias comot sana sini yang hanya melongok sekejab ke sebuah aliran mengambil yang dirasanya asik dilihat atau dimiliki kemudian melakukan hasil comotannya dengan cara sesuka hati dia berdasarkan pemahaman yang dimilikinya.

Tentu saja pada dasarnya secara umum tidak ada hal yang mendalam di pelajari para pelaku comsansin ini. Sehingga kelayakannya ketika mengatakan, “saya mempelajari aliran anu” perlu di pertanyakan. Kadang mental comsansin ini pun dibawanya ketika berniat memperdalam sebuah alira, dimana dalam aliran tersebut ketika berlatih mereka ogah menanggalkan keilmuan lain dan dengan seenaknya mengubah tata cara latihan resmi yang ada didalamnya dengan hasil comotannya dari sana sini. Terlebih lagi ketika mendemonstrasikan sebuah aliran bila tak mampu memisahkan sebuah aliran dengan aliran lain.

Sering kali yang seperti inilah yang merusak nama baik sebuah aliran karena cara memperlihatkan dan kelayakannya perlu di pertanyakan.

Apakah comsansin ini hanya dilakukan oleh perseorangan ?

Belum tentu. Karena saya pernah mendengar sebuah kasus dimana seorang guru silat mengajarkan 1 jurus silat ciptaannya pada beberapa orang untuk keperluan demostrasi, dan lama kemudian, sang guru silat tersebut menyaksikan sebuah perguruan membawakan jurus tersebut dalam sebuah demonstrasi silat masal yang dilakukan lebih dari 100 orang anggota sebuah perguruan. Sementara sang guru silat baru mengetahuinya di hari dia melihat demonstrasi tersebut. Ijin untuk menggunakannya dalam perguruan jelas tidak ada.

Bicara mengenai ijin. Beberapa guru silat tradisi pernah “curhat” mengenai orang-orang yang belajar padanya dan kemudian mengambilnya sebagai bagian dari kelompok orang yang belajar tersebut, dan mayoritas dilakukannya tanpa ijin dari yang bersangkutan.

Memang betul, ketika kita telah belajar, maka ilmu itu jadi bagian dari diri kita, tapi bicara masalah tata krama rasanya sangat lucu sekali ketika mengangkat sebuah bendera yang mana bagian dari adanya bendera terebut tidak nampak. Padahal dalam silat biasanya kita diajarkan untuk hormat pada guru. Lalu dimanakah penghormatan tersebut ? Dimana hormat kita pada sumber ilmunya ?

Kembali ke soal comsansin. Mungkinkah mencuri hasil latihan yang membutuhkan sebuah latihan hanya dengan melihat ? Tentu saja mungkin bila dilakukan orang dengan dasar ilmu yang kuat dan memiliki kejeniusan tersendiri. Tapi sebegitu mudahkah untuk diambil ?

Sayangnya kemajuan teknologi saat ini memudahkan orang untuk memenuhi dirinya dengan ilusi dan hayalan ketika melihat berbagai demostrasi dari berbagai aliran silat. Hayalan akan sebuah keahlian yang kadang karena tidak kesampaian menjadi seperti orang gila yang penuh dengan karangan.

Meminjam kata-kata dari mas Noeryanto A. Dhipuro, “Konsep dan ilmu yang terlihat mungkin mudah ditiru, tapi karakter keilmuannya jelas tidak mungkin dimiliki tanpa latihan”.

Leluhur kita dulu menciptakan sebuah cara latihan yang kemudian menjelma menjadi sebuah aliran. Dari hasil latihan yang diciptakan tersebut didapatlah hasil latihan yang beraneka ragam tergantung paham yang dianutnya. Lalu mungkinkah “hasil”  pengolahan dan latihan bertahun-tahun di jiplak hanya dalam sekejab  ?

Sebetulnya comot sana sini itu tidak salah. Tapi lakukanlah dengan elegan. Comotlah hingga habis di satu tempat. Karena wujud sebuah ilmu tidaklah semudah menjentikkan jari untuk bisa memilikinya.

Dan jangan lupakan penghormatan kita terhadap sang guru.