Oleh: Galih Iman / Bang Ghory
Dalam benak kebanyakan masyarakat awam dan juga kalangan praktisi beladiri yang tidak mendalami atau tidak meneliti khazanah beladiri-beladiri lokal/tradisional akan beranggapan bahwa teknik –teknik beladiri lokal khususnya Pencak silat hanya berisi pukulan, tendangan yang diselingi dengan gerakan kembangan dan menari-nari.
Permainan Grapling atau kunci-kuncian, pinning/menekan posisi lawan, bergulat dan bergumul malah identik dengan beladiri impor seperti Judo, Greco Roman Wrestling, Aikido, Hapkido, Jujutsu dan yang lagi “in/booming” di kalangan eksekutif di kota besar seperti Jakarta: Brazilian JiuJitsu/ BJJ.
Bahkan sedemikian parahnya “sesat’ pemikiran tersebut, sehingga misalnya ketika ada aliran Pencak Silat ataupun beladiri lokal/tradisional menampilkan atraksi permainan Grapling, langsung serta merta “dituduh” nyolong teknik dari beldiri impor lah, meniru-niru lah, dan image negatif lainnya.
Padahal ada banyak aliran Pencak Silat dan juga beragam beladiri lokal/tradisonal yang juga memiliki aplikasi teknik Grapling ataupun yang memang memiliki spesialisasi permainan Grapling.
Dalam khazanah beladiri-beladiri lokal/tradisional ada banyak sekali varian-varian dari jenis permainan gulat, seperti misalnya: Dogong/ Sunda, Benjang/ Sunda, Okol/ Jawa Timur-Madura, Akeket Macanan/ Madura, Geudeu-gedeu / Aceh, dll. Beladiri-beladiri seperti yang sudah disebutkan di atas ini adalah memang yang di desain atau dikhususkan untuk permainan gulat/pergumulan. Masing-masing disiplin beladiri ini memilki aturan main tersendiri dan juag teknik-teknik yang spesifik sesuai dengan tujuan awalnya.
Kemudian ada lagi tipe permainan Grapling yang menjadi bagian silabus dari aliran-aliran silat tertentu. Maksudnya adalah bahwa dalam beberapa aliran silat tertentu, materi aplikasi Grapling -baik itu Grapling di posisi atas, ataupun dalam posisi Ground Fight- menjadi bagian dari silabusnya.

galih in action 2
Kita ambil contoh misalnya di dalam rumpun Silat Betawi, aliran Silat Paseban / Pendidikan Silat Taqwa Betawi, permainan Grapling dalam bentuk pergumulan –baik itu di atas ataupun ground fighting- merupakan bagian dari silabus jurus-jurusnya. Kemudian kita tengok misalnya aliran-aliran Silek Minang, kita bisa temukan bentuk “galuik” yang bentuk latihannya menyerupai “permainan” aplikasi bebas sampai pada posisi permainan pergumulan di bawah/ground fighting baik dengan tangan kosong maupun dengan pisau yang disebut sebagai “Kuku Alang”.
Perbedaan mendasar antara Grapling versi beladiri lokal dengan beladiri Jujutsu atau Brazilian Jiujitsu/ BJJ, adalah dalam permainan lokal tidak mementingakn mencari posisi/positioning, sedangkan dalam Jujutsu dan BJJ justru yang diutamakan adalah mencari posisi dominan/positioning untuk kemudian melancarkan serangan kuncian dan patahan.
Dalam beladiri lokal pun masih bisa “terasa” ‘hawa-hawa” peninggalan era jaman perang di masa lampau, sehingga banyak teknik-teknik yang tersirat yang sebetulnya juga mencakup strategi peperangan di masa lampau tersebut.
Demikian lah gambaran singkat mengenai topik grappling ini. Selain beladiri-beladiri lokal yang sudah disebutkan di atas dan selain aliran-aliran Pencak Silat yang disebutkan di atas, masih banyak lagi aliran-aliran yang juga memiliki teknik-teknik permainan grappling.
Setuju gan.., orang awam menilai silat dari sisi negatifnya saja, padahal sudah sangat jelas bahwa silat adlah beladiri yang berumur ratusan tahun,jadi semakin tua umurnya semakin dalam pula ilmunya. Bukan silat yang nyolong ilmu, hanya saja beberapa tekniknya kebetulan mirip dengan beladiri lain, bahkan beladiri yang saya pelajari saja agak mirip dengan beladiri di film Ong Bak. Saya juga kaget pas pertama kali menonton film itu!