“Durung punjul, ing kawruh kaselak jujul, kaseselan hawa, cupet kapepetan pamrih, tangeh nedya anggambuh mring Hyang Wisesa.”

Belum cakap ilmu buru-buru ingin dianggap pandai.Tercemar nafsu selalu merasa kurang,dan tertutup oleh pamrih, sulit untuk manunggal pada Yang Mahakuasa.

(Serat Wedhatama Pupuh III/15)

My Trading Room

My Trading Room

Perkenalan dengan dunia finansial saya awali dari tahun 2004 silam, dari belajar iseng-iseng di tengah jam kantor dengan modal pas-pasan sampai akhirnya saya memutuskan untuk “Resign” dari jam kantoran dan membuat jam kerja sendiri. Pengalaman di dunia Finansial Trading yang bertubi-tubi mulai kekalahan yang cukup besar, keputus asaan dan hilangnya kepercaan diri itulah yang membuat saya mengenal “Silat” lebih dalam.

Pada masa-masa keterpurukan tahun 2005-2006 saya banyak menghabiskan waktu-waktu saya untuk bermeditasi di pagi hari menyambut mentari pagi, kemudian di sore dan malam hari saya habiskan waktu untuk berlatih silat, baik dari warisan-warisan dari Ayah maupun jurus-jurus yang cuman ingat sepotong-sepotong dari Silat Jepang yang pernah saya pelajari dulu. Dalam kurun waktu kurang lebih 6 purnama saya habiskan dengan merenung dan berpikir keras, kenapa saya bisa merugi cukup besar kemarin? Lama-lama lamunan saya mulai bergeser kenapa orang bisa kalah bertanding, kenapa orang bisa kalah bertarung? Jawaban singkat yang saya peroleh adalah satu yaitu “yah saya kurang berlatih!” Titik

“Ngelmu iku, kalakone kanthi laku, lekase lawan kas, tegese kas nyantosani, setya budya pangkese dur angkara”….

Ilmu itu harus di beli bukan sekedar urusan uang tapi dengan laku MENGERASI DIRI,ibarat orang ber wudu tidak sekedar urusan kulit saja tapi BATIN dan JIWANNYA dan MENGAPLIKASIKAN ILMU DALAM KEHIDUPAN SEHARI – HARI.” (Serat Wedhatama Pupuh III/1)

Saya mencoba bangkit lagi, saya mulai rajin menulis lagi sebagai bentuk latihan, kurang lebih 6 purnama saya habiskan hanya untuk menulis, menganalisa dan belajar lagi, akhirnya ternyata berbuah manis, saya mendapat tawaran menjadi analis lepas di sebuah firma keuangan asing, jam kerja saya hanya dari jam 3 pagi sampai jam 6 pagi namun gaji tetap full seperti analis yang kerja full time disana. Momen siang hari yang kosong kadang saya manfaatkan untuk “merguru” dari bogor sampai ke pelosok banten saya jelajahi mengunjungi guru-guru sepuh. Baik untuk belajar, berdiskusi maupun hanya sekedar minta doa restu. Latihan dan wejangan dari guru-guru saya tersebut membuat saya mulai berani untuk mulai “berdagang” di dunia finansial lagi, dengan modal sisa sebelumnya dan ditambah penghasilan sebagai analis saya mulai nekad bahkan lebih nekad dari sebelumnya, tidak ada lagi perasaan takut akan merugi dan jadi miskin. Di pikiran saya hanya ada :”masak saya sudah berlatih keras siang-malam masih kalah bertanding”.

koplak

“Ngger,..yen kowe lagi dewekan adoh lor kidul banjur kroso wedi, bingung lan peteng nalar pikirmu;..sopo kang banjur kok sambati ???!..”ALAM KANAN KIRIMU”,..omahm u,..watu kayu..wit-witan ,..tonggo utowo dulurmu kang adoh..sopo ??”.”

Ojo dumeh begitu kata orang tua dulu, untunglah dalam puncak kegembiraan itu saya ditemukan oleh seorang guru sepuh yang begitu mengoyak hati saya. “Kamu sudah jadi juara ? Coba bandingkan dengan saya!” seolah-olah Guru Sepuh itu berkata kepada saya seperti itu, yah melihat ukuran prestasi dan pengalamannya saya masih sangat jauh dari beliau, ibarat bayi saya baru belajar merangkak sedang beliau sudah bisa berlari.Tahun 2007 keberuntungan berpihak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak rekor tertingginya dan modal saya yang lenyap dulu kini pulih kembali, saya waktu itu berpikir “sekarang saya adalah juara”. Titik

Dari beliau saya mendapatkan petuah yang cukup berharga yaitu FAST singkatan dari Fatonah, Amanah Sidiq dan Tabligh. Jika ingin sukses segala bidang pegang ke empat hal tersebut.

  • Fatonah : kuncinya adalah belajar dan bersikap cerdas, jika kita tidak punya ilmunya jangan sekali-kali untuk mencoba. Begitu punya ilmunya jangan sekali-kali menjadi sombong hal ini sesuai dengan petuah orang tua yaitu “Goleti Galihing Kangkung” = Berguru ilmu carilah kedalamannya, carilah intinya ilmu, topnya Ilmu dlm teori sampai mentok.Kalau sdh mentok carilah pd guru sejati, dst pd yg punya ilmu yaitu ALLAH SWT. Dalam dunia persilatan seorang guru tidak akan mengijinkan muridnya turun gunung terlebih dahulu sebelum ilmu-ilmunya menjadi matang. Banyak kasus kerugian seorang trader karena aspek Fatonah ini belum terpenuhi, misalnya jika kita ingin membuka bengkel mobil, paling tidak kita juga tahu tentang jenis-jenis spare part mobil, harga spare part, dimana distributornya, dan jenis-jenis kerusakan mobil. Sehingga ketika kita menjalankan bengkel tersebut tidak mudah tertipu oleh orang.
  • Amanah : Bersikap amanah dalam, bisa diartikan dengan bersikap jujur, disiplin dan menjalankannya dengan sungguh-sungguh. Ketika kita memutuskan untuk menjadi seorang pesilat ataupun pedagang kita harus jujur terhadap kemampuan kita menanggung resiko, ketika kita sudah tahu batasan kita dalam menanggung resiko maka kita juga akan mudah untuk mengambil keputusan. Berhenti dan beristirahat sejenak dikala kelelahan atau cobaan mendera kita bagi saya adalah bentuk kejujuran bagi diri kita sendiri untuk mengakui bahwa analisa atau perkiraan kita bahwa adalah sebuah usaha belaka akhirnya ALLAH yang menentukan . Amanah juga bisa diartikan adalah agar kita dapat menjaga amanat guru sebaik-baiknya. Rahayuning Jagad Kapurba Waskitaning Satriya atau bisa diartikan Satria yang selalu waspada ,waskita menghadapi tantangan jaman,mengatasi persoalan hidup pribadi dan menjadi benteng pengayom pelindung rakyat,bela negara sesuai fitrahnya..bersikap arif bijaksana menolong sesama yang membutuhkan pertolongan…membela dan mengayomi,melindungi yang lemah sesuai kemampuan dan menindak tegas pada musuh sebenarnya maupun dalam arti luas.
  • Sidiq : Shiddiq artinya benar. Bukan hanya perkataannya yang benar, tapi juga perbuatannya juga benar. Dalam hidup kita juga diharapkan untuk bersikap benar, setiap pengambilan keputusan hendaknya berdasarkan alasan yang kuat, dan tentu saja sudah mempersiapkan strategi cadangan seandainya perhitungan kita meleset. Seorang pesilat sudah dilengkapi berbagai jurus, jika seandainya lawan memukul sudah kita tangkis dilanjutkan tendangan eh ternyata lawan bereaksi lagi begitu seterusnya menjadi satu rangkaian pukul sambut dan serang hindar yang tidak terputus. Dalam tiap latihan silat kita diajarkan bereaksi cepat dan memikirkan kemungkinaan pergerakam ;awam dengan cepet. Hal ini saya aplikasikan juga dalam Stock Trading, ketika kita menderita kerugian (kena pukul) apa strategi selanjutnya ? Membalas memukul atau menghindar dulu kemudian baru mencari celah membalas.
  • Tabligh : Tabligh artinya menyampaikan, jika kita sudah terjun dalam dunia “persilatan” maka sudah menjadi kewajiban kita untuk membantu para pendatang baru sehingga, para pendatang baru tersebut tidak terjerumus karena salah dalam mengambil keputusan. Saling berbagi pengalaman dan pengetahuan antarĀ  tidak akan membuat ilmu kita berkurang namun justru akan membuka pemahaman baru dalam kita. Goleti tapaking kuntul nglayang = Makna inti belajar ilmu apa saja harus ada hasilnya, bekasnya, kalau lulus harus tetap membumi, ingat dari mana ia berasal.

sabeni 02

Beberapa sahabat saya mengatakan bahwa hobi saya berlatih Silat adalah unik, dimana hubungannya antara belatih silat dengan Stock Trading? Penjelasan saya biasanya cukup panjang, dalam Stock Trading kita harus punya pengetahuan yang mencukupi mulai cara menganalisa dan melindungi modal kita dari kerugian. Dalam Silat kita harus belajar Jurus untuk melindungi tubuh kita dari serangan lawan.

Dalam Stock Trading saya dilatih jujur, kalau sudah rugi ya rugi saja tidak usah pakai alasan berbelit-belit karena salah si anu bilang itu dansebagainya, karena modal adalah tanggung jawab dan keputusan di tangan kita spenuhnya. Kalau dalam Silat, dalam pertandingan kita kena pukul tendang, banting ya terima saja itu karena kita kurang waspada atau kecolongan, yang harus dipikirkan adalah bagaimana menebus kerugian ini?. Disini kita belajar juga tentang batas kemampuan kita.

“Basa ngelmu, mupakate lan panemu, pasahe lan tapa, yen satriya tanah Jawi, kuna-kuna kang ginilut triprakara.”

Yang namanya ilmu, dapat berjalan bila sesuai dengan cara pandang kita.Dapat dicapai dengan usaha yang gigih.Bagi satria tanah Jawa,dahulu yang menjadi pegangan adalah tiga perkara yakni;

“Lila lamun, kelangan nora gegetun, trima yen kataman, sakserik sameng dumadi, trilegawa nalangsa srahing Batara.”

Ikhlas bila kehilangan tanpa menyesal,Sabar jika hati disakitiĀ  ersua,Ketiga ; lapang dada sambil berserah diri pada Tuhan

(Serat Wedhatama Pupuh III/10-11)

Dalam Stock Trading saya dilatih untuk bersikap benar dalam mengambil keputusan buy/sell suatu saham, apalagi dengan posisi saya sebagai seorang analis saya tidak boleh asal-asalan dalam memberikan saran kepada investor semua harus jelas dasarnya. Dalam silat bersikap benar adalah wujud dari sikap satria utama mempertimbangkan semua gerakan agar menjadi efektif dan seefisien mungkin ketika menghadapi lawan.

Dalam stock trading saya sering mengadakan seminar-seminar saham dengan “biaya sukarela” walaupun sebenarnya materi yang saya sampaikan saya bisa jual dengan harga yang sangat mahal. Saya sering memberikan nasehat-nasehat kepada investor-investor baru agar jangan sampai mengalami kejadian seperti saya. Dalam Silat, mengajarkan pada junior-junior kita dan murid baru agar berlatih sungguh-sungguh dengan berbagai pesan moral ini juga sama pentingnya.

Pesan Eyang saya dulu:

“ILMU itu tidak sekedar BAJU UNTUK HIASAN atau untuk disimpan seperti LUNGSED ing PEMEAN (seperti pakaian pudar dijemuran. Manjur mustajabnya bukan asal sudah hafal KUNCINYA tapi PRAKTEK NYATA dan menyertakan HATINYA terkait KEYAKINAN DIRI dan HUBUNGAN dengan MAHA nya MAHA SUMBER KEHIDUPAN adalah Allah SWT. tidak cukup olah FISIK, PIKIRAN, BATIN tetapi diperlukan DAYA RUHANI KETEGUHAN IMAN DAN TAQWA.”

Warm Regards,

T. Aditya Kurniawan

Certified Hedge Fund Professional (CHP)

Certified Elliott Wave Analyst (CEWA I)