Kang Awang 01Sebuah aliran silat yang bersumber dari sebuah aliran silat tradisional dari jaman kerajaan Padjadjaran, bernama Gulung Maung yang diturunkan secara turun temurun didalam garis keluarganya yang sangat tertutup dari kalangan diluar jalur keluarga. Akhirnya sampailah aliran ini pada Eyang Sarean yang memiliki putra yaitu Eyang Guru H. Abdullah yang tinggal di Sukaraja Bogor. Dimasa Eyang Guru inilah nama Gulung Maung diubah menjadi Gerak Gulung Budi Daya ti Padjadjaran, dimana perubahan ini didasari atas perubahan dari sifat permainan Gulung Maung yang buas dan ganas dengan prinsip “kembangna cilaka buahna pati” menjadi permainan yang dibudi dayakan dan lebih berprinsip manusiawi dan tidak lagi seganas Gulung Maung yang bersifat bagaikan seekor harimau yang pada dasarnya berprinsip harus membunuh mangsanya.

Pada masa itu Eyang Guru melakukan istikhoroh dan mendapatkan gambaran seorang bayi yang baru lahir, merangkak, melangkah dan berjalan. Berdasarkan mimpi tersebut Eyang Guru mengambil gerakan dengan dasar tangtungan/adegan/sikap berdiri sholat. Inilah kisah terciptanya jurus  Salancar yang menjadi dasar dari Gerak Gulung. Eyang guru berharap dengan perubahan Gulung Maung menjadi Gerak Gulung, seseorang yang memiliki permainan ini tidak akan lagi sebuas harimau karena pada prinsipnya manusia lebih unggul daripada  harimau dan sebagai pengingat bahwa pada dasarnya permainan ini adalah untuk membela diri.

Sebuah silat yang memiliki gerakan yang sangat sederhana tapi juga sangat rumit. Bersumber pada hanya 1 jurus utama yang menjadi patokan bagi seluruh jurus yang lain yang bernama Salancar, ditemani banyak filosofi dan cara bergerak, jurus dalam GGBD tidak bisa dianggap mudah dikuasai. Mengupas tentang salancar yang gerakannya sangat simpel ini pun juga tak ada habisnya. Sebuah kegeniusan yang diciptakan oleh sang pencipta Salancar. Sebuah jurus yang begitu  sederhana tapi bisa mewakili seluruh keilmuan dalam sebuah aliran.

Dibalik kesederhanaan silat Gerak Gulung ini tersembunyi keganasan. Sesuai dengan motonya, “kembang na cilaka, buah na pati” yang berarti “kembangnya mencelakakan, buahnya mematikan“. Walaupun tersembunyi, dari moto tersebut sudah bisa tergambarkan apa yang ada dibalik kelembutan dan gerakan yang lambat yang biasanya dilakukan oleh gerakan silat ini.

Satu hal yang perlu di garis bawahi, Gerak Gulung adalah sebuah silat yang membutuhkan latihan fisik, bukan latihan puasa atau baca-bacaan. Sama sekali tidak. Mungkin karena gerakannya yang santai tapi tegas dan juga permainan wajah yang dilakukan seperti itu yang mungkin menyebabkan orang salah mengerti.

Dalam Gerak Gulung dikenal istilah Rakawira yaitu orang yang sudah memiliki ijin untuk melatih.  Juga dalam Gerak Gulung tidak dikenal istilah guru dan murid. Yang ada adalah kakak dan adik, bagaikan sebuah keluarga. Untuk itu untuk sah mempelajari Gerak Gulung biasanya akan melalui prosesi taleq agar resmi menjadi warga Gerak Gulung Budi Daya. Dalam upacara taleq ini nanti kita berkesempatan untuk berkenalan dengan warga-warga lain dan mendengarkan nasehat-nasehat agar kita selalu ingat menjaga diri dan hati kita. Saat ini Rakawira Gerak Gulung Budi Daya adalah Kang Awang yang melatih dibeberapa tempat termasuk di tempat tinggalnya Ciomas Bogor dan Padepokan Silat TMII.