“Bro kenapa sih loe repot-repot belajar silat, latihan melulu tiap hari, perang kagak, berantem kagak, malahan loe banyakan pegel-pegelnya?”
Kalau dipikir-pikir benar juga sih, perasaan belajar silat banyak mendapat cidera, mulai dari pegal-pegal, memar, kesleo, dislokasi tulang, patah tulang dan sebagainya. Dari sini saya mencoba mengeveluasi secara keseluruhan metode pembelajaran yang telah saya jalani, mulai dari asupan makanan, pemanasan, bentuk jurus, oleh pernafasan, meditasi dan aspek-aspek lain seperti “tapa brata” dan “mesu diri”.
Saya berasal dari keluarga Sinshe yang turun-temurun telah mempraktikkan Traditional Chinese Medicine. Saya dibimbing oleh Papa saya sendiri sejak umur 4/5 tahun untuk belajar seni pengobatan China, baik Pijat Tui Na (totok darah), moksibasi maupun akupuntur. Sejak dini saya sudah ditempa untuk mempelajari bidang ini agar dapat mewarisi tradisi keluarga.Sedari kecil sudah tertanam pada diri saya bahwa Seni Pengobatan China sangat bermanfaat dalam mengatasi penyakit.
Setelah saya sakit dalam setahun belakangan ini cara pandang saya sedikit berubah, pengobatan Barat memiliki kelebihan dapat dengan teoat menjelaskan tentang suatu penyakit (patologi klinis), keakuratan diagnosis melalui rontgen dan analisis darah kuantitatif terlihat lebih meyakinkan. Sedang pada pengobatan China kita berkutat dengan “Qi”, “yin-yang”, dan cara-cara diagnosa yang masih sulit dipahami dan lebih mengandalkan ketajaman “rasa”.
Dalam tulisan saya kali ini saya mencoba menguraikan bagaimana sebaiknya belajar silat selain mendapatkan kesehatan kita juga dapat menghindari efek jangka pendek dan jangka panjang dari cidera-cidera yang kita alami sewaktu latihan.
Oksidasi pada tubuh manusia
Oksigen selain menjadi sahabat manusia juga memiliki peran lain, ketika Oksigen muncul dalam bentuk oksigen aktif maka dia akan cenderung merusak daripada menyehatkan. Berikut contoh sederhana dampak oksigen aktifh”
- Besi berkarat
- Karet jadi getas atau kehilangan elastisitas
- Minyak goreng berubah menjadi tengik
- Apel yang dikupas berubah warna menjadi kecokelatan.
Pada manusia oksigen aktif menyebabkan oksidasi dan penuaan serta merusak sel-sel tubuh. Karena oksigen aktif ada didalam tubuh kita maka sebenarnya tubuh manusia sudah dilengkapi suatu enzim untuk menetralkan dampak negatif oksigen aktif ini, yang jadi masalah adalah begitu usia menginjak 25 tahun 30 tahun produksi enzim ini menjadi berkurang sehingga. Pengamatan sederhana adalah ketika SMU saya pernah cidera engkel parah, hanya butuh waktu 4 hari untuk normal kembali dan berlari. Menginjak usia 30 tahun hanya kesleo biasa sakitnya bisa bertahan lebih dari seminggu.
Pernah saya berjumpa dengan Senior saya sewaktu belajar “Silat Jepang” saya tanya “bang masih latihan?” jawabnya wah udah kagak lagi bro, badan sudah gak kuat lagi encok rematik asam urat juga tinggi. Padahal sewaktu mudanya saya tahu betul beliau berlatih keras tiap hari. Hal ini saya bandingkan dengan guru-guru silat saya yang sudah masuk diatas umur 60tahun, mereka tetap aktif dan berlatih seolah-olah tanpa rasa lelah. Saya pikir ini adalah hal yang menarik untuk diamati.
Mangkono ilmu kang nyata, sanyatane mung we reseping ati,bungah ingaran cubluk, sukeng tyas yen den ina, nora kaya si punggung anggung gumunggung, ugungan sadina dina, aja mangkono wong urip.
Demikianlah ilmu yang nyata, Senyatanya memberikan ketentraman hati, Tidak merana dibilang bodoh, Tetap gembira jika dihina Tidak seperti si dungu yang selalu sombong, Ingin dipuji setiap hari. Janganlah begitu caranya orang hidup. (Serat Wedhatama Pupuh Pangkur:5)
Membungkam otak kiri dan mengaktifkan otak kanan
Di Silat dan seni bela diri lain sebenarnya teknik ini sudah ada sejak ratusan tahun dan ribuan tahun silam, hanya baru belakangan saja baru ada pengkajian logis tentang manfaat otak kanan. Silat yang kita warisi dari nenek moyang kita disajikan dalam paket lengkap bukan hanya latihan fisik saja, namun juga ada aspek-asek ruhani spiritual, aspek pengobatan, aspek seni dan sastra. Cukup menarik jika sebenarnya di kaji satu demi satu. Artikel berikut ini adalah salah satu yang sudah mengulas dari sisi pengobatan : “http://www.tangtungan.com/pelajaran-pengobatan-dalam-silat/”
Sebuah metode yang diwariskan oleh nenek moyang kita untuk mengaktifkan otak kanan adalah dengan memasuki sebentuk situasi yang ekstrem baik melalui latihan-latihan fisik yang berat maupun melalui berbagai laku tirakat. Satu hal unik dalam berlatih Silat adalah secara tidak sadar kita juga dilatih untuk meningkatkan toleransi tubuh kita dalam menahan sakit, sehingga tanpa kita sadari lama-kelamaan cidera yang kecil-kecil sudah tidak terasa sakit lagi.
Ketika kita melakukan latihan dan tirakat yang berat, bagian otak kiri kita yang berpikir logis akan selalu berteriak”jangan”…..”jangan begini nanti kamu sakit” dan berbagai godaan lainnya untuk menghentikan latihan kita. Hal lain yang dapat saya contohkan adalah melalui puasa, pada awal terasa lapar dan haus maka otak kiri kita akan terus mengeluh “saya ingin minum, saya ingin makan” atau “halah kalau cuman sedikit khan tidak apa-apa”. Sampai akhirnya pada satu titik teriakan-terikan itu hilang dan membisu, yang kita dapat adalah perasaan nyaman dan tenang.
Kang wus waspada ing patrap, mangayut ayat winasis, wasana wosing Jiwangga, melok tanpa aling-aling, kang ngalingi kaliling, wenganing rasa tumlawung, keksi saliring jaman, angelangut tanpa tepi, yeku aran tapa tapaking Hyang Sukma.
Yang sudah paham tata caranya,Menghayati ajaran utama,Jika berhasil merasuk ke dalam jiwa,akan melihat tanpa penghalang,Yang menghalangi tersingkir,Terbukalah rasa sayup menggema.Tampaklah seluruh cakrawala,Sepi tiada bertepi,Yakni disebut “tapa tapaking Hyang Sukma”. (Serat Wehatama Pupuh Sinom:16)
Sebuah pengalaman berlatih pernah saya alami, saya disuruh oleh Papa saya mengulang-ulang jurus sampai 2000 kali, jurusnya sederhana menurut saya waktu itu. Memasuki gerakan ke 300 muncul perasaan enggan meneruskan, capek, pegal, malas, kaki dan tangan sudah begitu berat digerakkan, namun terus saya paksakan bergerak dan bergerak terus sampai gerakan ke 700 baru perasaan itu hilang, badan dan tubuh terus bergerak tanpa difikir, semua gerakan terasa ringan dan semua perasaan nyeri menghilang. Dalam lain kesempatan saya pernah disuruh juga untuk puasa “ngrowot” (jawa:hanya makan ubi-ubian saja). Hari pertama sampai ketiga terasa badan panas dan tidak punya nafsu makan namun begitu memasuki hari ke empat semuanya terasa biasa-biasa saja.Bahkan muncul keinginan untuk mengulang lagi. Baru sekarang saya menyadari proses latihan, dan “puasa” tersebut secara tidak langsung adalah merupakan suatu teknik yang diwariskan nenek moyang kita untuk mengaktifkan otak kanan kita.
Dalam penelitian modern, otak kanan dikenal sebagai otak naluri, jika otak kanan dibuang kita tidak bisa melakukan kegiatan-kegiatan naluriah. Di otak kanan ini juga tersimpan memory-memory dari leluhur-leluhur kita masa lampau. Maka tidaklah mengherankan jika seorang anak/cucu seorang pendekar akan begitu cepat menyerap pelajaran dan latihan-latihan silat yang berat dibandingkan orang biasa. Nenek moyang kita mewariskan berbagai metode meditasi, dan tapa brata untuk memanggil memory-memory masa lalu yang ada di otak kanan ini.
Kang kadyeku, kalebu wong ngaku-aku, akale alangka, elok Jawane denmohi, paksa ngangkah langkah met kawruh ing Mekah.
Yang seperti itu termasuk orang mengaku-aku Kemampuan akalnya dangkal Keindahan ilmu Jawa malah ditolak.Sebaliknya, memaksa diri mengejar ilmu di Mekah,
Nora weruh, rosing rasa kang rinuruh, lumeketing angga, anggere padha marsudi, kana-kene kaanane nora beda.
Tidak memahami hakekat ilmu yang dicari,sebenarnya ada di dalam diri.Asal mau berusaha sana sini (ilmunya) tidak berbeda,
Uger lugu, den ta mrih pralebdeng kalbu, yen ersu ersua, ing drajat kajating urip, kaya kang wus winahyeng sekar srinata.
Asal tidak banyak tingkah,agar supaya merasuk ke dalam sanubari.Bila berhasil, terbuka derajat kemuliaan hidup yang sebenarnya.Seperti yang telah tersirat dalam tembang sinom
(Serat Wedhatama Pupuh Pucung :7-9)
catatan :
Tulisan ini merupakan tulisan terakhir yang dibuat oleh mas Adit sebelum wafatnya (http://www.tangtungan.com/selamat-jalan-mas-t-aditya-kurniawan/). Sebetulnya tulisan ini dibagi atas beberapa tulisan. Hanya saja sebelum bisa menyelesaikannya mas Adit telah meninggalkan kita. Tapi semoga ada kawan-kawan kontributor yang bisa melanjutkan tulisannya ini. Masih ada beberapa tulisan dari mas Adit dengan tema lain yang mudah-mudahan dapat di muat di site tangtungan ini.
Recent Comments