Berbicara pencak silat kita juga pasti membicarakan gaya berbusana para pesilat. Mulai dari seragam latihan hingga busana sehari – hari yang khas. Salah satu yang menjadi ciri khas adalah ikat kepala. Di setiap pelosok Nusantara, kita bisa mendapati berbagai macam bentuk ikat kepala sebagai busana khas.

Salah satu jenis ikat kepala dan kemudian berevolusi adalah Blangkon. Blangkon adalah salah satu bentuk tradisi ikat kepala dari daerah Jawa. Membentuk dan menjalin ikat kepala terkadang sulit dan membutuhkan waktu sehingga di buatlah modifikasi, iket kepala tersebut di bentuk secara permanen sehingga bisa langsung pakai kapan pun. Bentuk ini dinamakan Blangkon.

Blangkon Di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah serta sekitarnya memiliki ciri khusus, kain yang membentuk Blangkon sebelumnya di bentuk lipatan – lipatan kecil dahulu, yang disebut di wiru. Jumlah wiru pada blangkon biasanya 13 atau 14 lipatan.

Jenis corak batik pada kain yang dipakai sebagai bahan blangkon memiliki makna. Setiap corak atau motif batik yang berbeda akan menunjukkan berasal dari jenjang atau level masyrakat manakah si pemakai blangkon tersebut, apakah dari kalangan prajurit, raja ataupun hanya rakyat biasa.

Salah satu Pembuat Blangkon yang sangat maju adalah Bapak Wagimin Darmowiyoto, yang memiliki sanggar pembuatan Blangkon di daerah Bugisan, Yogyakarta. Dengan jumlah pekerja sekitar 10 orang, Bapak Wagimin terus berusaha mengembangkan produksi Blangkon ke berbagai tempat.

 

This slideshow requires JavaScript.