Sebagian orang sepertinya akan berpikir seperti itu, bahwa belajar silat itu harus murah. “Di kampung saya belajar silat murah koq. Malah gratis atau cukup memberikan upeti buah-buahan untuk gurunya”, demikian komentar seseorang.

Tapi lucunya ketika dibalik, “Anda mau mengajar silat saya bayar dengan setandan pisang ?”, jawabannya secara singkat adalah, “Tidak !!!”.

Membuka tempat latihan di masa sekarang ini sering kali harus mengeluarkan biaya setidaknya untuk menyewa tempat latihannya. Selain itu kadang menjadi sebuah tuntutan jaman untuk menyediakan sarana latihan yang memadai dari sisi safety, misalnya matras, sarung tinju, pelindung kepala, atau berbagai senjata dummy.

Semua pengadaan itu tentu saja tidak murah dan membutuhkan modal untuk pengadaannya. Kecuali mungkin bila ada tempat yang dapat memberikannya secara gratis dengan segala fasiltiasnya. Sehingga tidak perlu mengeluarkan modal selain ongkos buat berangkat melatih.Disamping itu tentu saja waktu yang harus di korbankan untuk melatih dan juga memperdalam keahliannya, yang merupakan sesuatu yang tidak bisa dibeli.

Tapi satu hal yang perlu diingat. Banyak juga guru silat yang memberikan harga mahal untuk melatih, tapi banyak diantara mereka yang masih melihat siapa yang ingin berlatih. Bahkan ada diantaranya yang malah memberikan seragam dan keperluan lain untuk berlatih sekaligus menggratiskan bagi yang tidak mampu.

Memang tidak semua berlaku seperti itu. Tapi sepanjang pesilat saya kenal, sebagian besar memberikan hal yang sama.

Suatu catatan yang penting adalah, mayoritas pesilat yang melatihkan ilmunya di Indonesia ini, dengan harga yang tinggi adalah para guru besar atau pewaris yang sah dari alirannya. Tentunya hal tersebut sudah sedikit banyak dapat melambangkan kemampuannya.

Mari kita bandingkan sedikit saja dengan berbagai aliran beladiri lain dari luar Indonesia yang marak berada di Indonesia ini, terutama di kota-kota besar.

Perbandingan pertama tentu saja, adakah beladiri asing di Indonesia ini yang berlatih dibawah asuhan guru besar, pewaris atau pelatih utama sebuah aliran ? Rasanya tidak. Kalaupun ada yang berhubungan dengan pusat alirannya, kemungkinan hanyalah penunjukan atau pemberian hak untuk melatih. Bahkan sebetulnya cukup banyak guru silat yang mendedikasikan waktunya untuk melatih silat dan tetap berlatih sehingga kemampuan terus terasah dan kebugarannya terus terjaga.

Mengenai biaya, mari coba kita sedikit bandingkan. Anda bisa menemukan mengenai biaya ini dengan melakukan pencarian menggunakan “search engine” untuk memvalidasinya.

Di sebuah tempat di kota Jakarta, ada tempat latihan beladiri yang berasal dari Jepang yang membuka tempat latihan di fitness center. Biaya latihannya mencapai Rp. 600.000, bahkan ada yang sampai diatas 1 juta per bulan atau per datang Rp. 150.000 Muridnya ? Banyak sekali.

Di dekat rumah saya, ada juga tempat latihan beladiri asing dengan biaya, Rp. 300.000 per bulan, atau per datang Rp. 50.000. Muridnyapun banyak sekali.

Tentu saja tetap ada tempat latihan beladiri asing yang biayanya tidak mahal untuk berlatih dengan fasilitas seadanya. Tapi coba ketika anda ingin naik tingkat ke tingkat yang lebih tinggi, terutama ketika memasuki sabuk hitam atau setaranya.

Coba anda datang ke tempat latihan tersebut, lalu anda katakan anda tidak mampu membayar segitu dan coba anda tawar. Semoga saja anda sukses.

Kalau memang sebuah silat di latihkan di sebuah tempat yang representatif dan sejumlah fasilitas dan ditambah pula dengan pelatihnya sendiri adalah seorang guru besar atau pewaris yang sah dari sebuah aliran atau perguruan, mengapa tidak kalau dia menghargai keahliannya dengan harga agak tinggi. Kalau anda merasa tidak mampu dengan biayanya, cobalah bicara baik-baik tentang kondisi anda. Dan bila di tolak, masih banyak guru silat lain yang mungkin mau menerima anda.

Keterbukaan itu penting karena sebuah kebijaksanaan tentunya adalah sebuah hal yang patut dimiliki seorang guru, bukan ?