Sebuah acara bernuansa gelegar tersaji di atrium Plaza Ambarukmo (Amplaz) Yogyakarta pada tanggal 23 Februari 2016, pk 19.30-19.35 WIB (durasi lima menit). Acara itu bertajuk Rancak Pencak SilaTari (RPS) 2016.

RPS 2016 yang merupakan pertunjukan kolaboratif antara pencak silat, tari dan musik ini melibatkan tak kurang hampir 200 unsur kreatif (penari, pesilat, pemusik, penggagas kreatif). Secara teknis, sajiannya adalah pertunjukan Silat dan Tari yang diiringi oleh kurang lebih 20 (duapuluh) pemusik diatonis dan pentatonis. Secara praktis instrumen live yang akan tampil adalah gamelan laras slendro, sepuluh terompet dan instrumen diatonik lainnya.

Acara ini dimotori oleh Tangtungan Project — sebuah lembaga dokumentasi silat yang bersekretariat di jalan Kasuari no.7, Mrican, Yogyakarta — bekerja sama dengan beberapa lembaga kreatif lainnya ; WhaniDProject, perguruan silat Persinas Asad, Tapak Suci, Balai Budaya Minomartani, Paradance, Ayu Permata Sari, Sripanglaras,  MB Cdb UnyDrum Corps UMY dan bbrp siswa tiup SMK 2 Kasihan (SMM) . Adapun susunan kreatifnya sebagai berikut ; konseptor oleh aktor dan penulis Whani Darmawan, koreografer Ayu Permatasari, Nia Agustina, Aprilia. Aransemen musik oleh musisi Giwang Topo, vocal oleh Ahmad Jalidu, Basist Nucky Setiawan , Drummer Gregorius Argo, percussion Dani , Pelatih Pencak Silat Suryo Tiger (Persinas Asad), Ibnu Mubarok (Tapak Suci), Ariez Aracy (Perpi Harimurti)

 

Kronologi Gagasan RPS 2016

 

Adalah beberapa penghayat seni pencak silat di Yogyakarta, berkumpul untuk membuat suatu kegiatan. Berpijak dari syair ‘Untuk Apa Silat’ karya Whani Darmawan yang dilagukan oleh musisi Giwang Topo yang sudah setahun lebih dicreate, tergagaslah sebuah pertunjukan kolosal berdasarkan aransment musik lagu tersebut. Maka kemudian dikumpulkanlah para pesilat, penari dan beberapa kreator di bidangnya dan mulailah berlatih dan menentukan hari pentas sebagaimana yang disebutkan di atas. Mengapa atrium Plaza Ambarukmo Yogyakarta yang dipilih?

RPS 2016 digelar dengan tujuan untuk mendorong kemajuan seni gerak, terutama silat sebagai produk seni budaya, serta membangun sikap percaya diri pada kekayaan budaya sendiri. Alasan pemilihan tempat Plaza Amabarukmo, supaya pertunjukan ini menjangkau publik yang lebih luas (bukan segmented).

Bagi Tangtungan Project yang sangat concern di bidang pengembangan pencak silat sebagai seni budaya, ini bukan kerja pertama kali. Banyak produk kegiatan yang sudah dihasilkan beberapa waktu lalu, baik yang rutin maupun bersifat event, berpartner dengan organisasi Paseduluran Angkringan Silat (PAS). Antara lain Pencak Malioboro Festival (PMF) dari tahun 2011-2015 dan Jambore silat 2015 yang dihadiri oleh menteri Pendidikan Anies Baswedan, serta rutin membuat workshop pencak silat dari berbagai macam aliran.

Mengapa pementasan besar ini hanya berlangsung lima menit? Tangtungan Project ingin membuat suatu pertunjukan yang ‘suprised’ ; durasi pendek, kental namun berkesan. Sementara itu di tempat terpisah, Yosi Poediono, pemegang kendali organisasi Tangtungan Project lebih lanjut menerangkan, ia berharap masyarakat berkenan untuk hadir untuk memberikan apresiasinya pada acara tersebut. “Mati hidupnya budaya kita, tergantung seberapa jauh kita sendiri mau bertanggungjawab terhadapnya.” Kata Yosi.

Kecuali Amplaz, Tangtungan Project sedang menggagas agar karya kolosal ini bisa dipentaskan di lain tempat, semacam tour show, agar karya tersebut bisa dinikmati banyak orang dan menularkan inspirasi serta semangat untuk senantiasa bangga pada budaya sendiri.

 

Lampiran syair

‘Untuk Apa Silat’

Untuk apa silat

Untuk mengolah kekuatan raga

Kuat untuk apa

Untuk berbagi kepada sesama

Untuk apa silat

Untuk mengolah ketajaman rasa

Rasa untuk apa

Untuk membangun tepa selira

Untuk apa silat

Untuk melatih keteguhan mental

Mental untuk apa

Untuk membangun karakter bangsa

Untuk apa silat

Untuk menanamkan keberanian

Berani untuk apa

Untuk mengutamakan moral

Reff :

Silat nusantara

Untuk indonesia

Silat nusantara

Membangun jiwa manusia

Membangun manusia watak satria