Sebuah Catatan Perjalanan Penelitian

Dukungan anda kepada Tangtungan Indonesia akan sangat membantu kami dalam usaha pelestarian dan promosi Pencak Silat sebagai budaya warisan Indonesia. Silahkan kunjungi link berikut untuk mendukung kami : https://sociabuzz.com/tangtungan/support

Penulis ; GJ Nawi

Ketika kita berbicara tentang literasi terkait referensi pencak silat, maka tidak sedikit dari kita yang mengernyitkan dahi. Hal ini dikarenakan minimnya dokumentasi-dokumentasi berbentuk tulisan pencak silat Indonesia dari masa lalu, latar belakang budaya tuturan lisan pada masyarakat Indonesia khususnya di dunia pencak silat menjadi penyebab dan faktor utama hingga budaya tuturan lisan ini yang seacara langsung atau tidak langsung membentuk karakter masyarakat Indonesia yang enggan membaca dan menulis.

Berangkat dari latar belakang itu dibutuhkan penelitian dan pencatatan dari tuturan lisan yang ada, sebagai bentuk dokumentasi yang kelak akan menjadi penting ketika penelusuran sejarah pencak silat dengan berbagai macam alirannya, yang menurut Oong Maryono dalam buku Pencak Silat Merentang waktu terdapat 600-800 aliran dan perguruan.

Namun untuk melakukan penelitian, pencatatan dan pendokumentasian pencak silat khususnya menjadi sebuah buku terbentur oleh beberapa kendala, antara lain kendala pertama adalah orang-orang yang melakukan penelitian, pencatatan dan pendokumentasian tentang pencak silat sangat sedikit dan dapat dihitung dengan jari. Selepas Sarkam Suryasumarta dan Moh. Djoemali yang produktif menghasilkan buku-buku pencak silat di masa lalu terdapat Oong Maryono, seorang atlet pencak silat yang pernah menjadi juara dunia dan kemudian aktif menjadi peneliti dan penulis buku pencak silat.

Dokumentasi pencak silat berupa buku-buku yang ditulis dari masa lalu, diantaranya terdapat buku yang ditulis Moh. Djoemali dan Sarkam Suryasumarta yang produktif menulis buku-buku pencak silat.
Sumber dok. Pribadi.

Kemudian dari Bandung terdapat Gending Raspuzi, seorang praktisi yang juga peneliti pencak silat Jawa Barat. Beberapa catatan dan penelitiannya dapat ditemukan pada sebuah majalah ilmu bela diri dimana beliau pernah menjadi wartawan. Juga telah menghasilkan karya berupa buku sekaligus menjadi nara sumber buku-buku penelitian tentang pencak silat di Jawa Barat. Juga dari Bandung, terdapat M. Rafijen yang telah membukukan keilmuan maenponya, yaitu Maenpo Peupeuhan Adung Rais.

Selepas kepergian mendiang Oong Maryono praktis jarang sekali peneliti yang lahir sebagai proses regenerasi. Untungnya mendiang Oong Maryono yang aktif dalam komunitas pencak silat tradisional, seperti FP2STI (Forum Pecinta dan Pelestari Silat Tradisional Indonesia) dan Tangtungan Project gemar melakukan “Though provoking” kepada junior dan rekan-rekannya, hingga menstimulir beberapa orang dalam komunitas untuk melakukan penelitian dan penulisan buku. Seperti Azis Asyari dari FP2STI yang telah menerbitkan dua karya tulisnya mengenai Maenpo Cikalong R.H.O. Soleh. Disamping itu penulis pun tergerak untuk melakukan hal penelitian serupa hingga berhasil menerbitkan dua buku yang berjudul Maen Pukulan; Pencak Silat Khas Betawi dan Lagoa; Jejak jago Bugis di Tanah Betawi.

Kendala kedua adalah mengenai pendanaan penelitian, karena pengalaman yang dialami penulis untuk melakukan riset dan penelitian tentang pencak silat dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Untuk itu diperlukan satu institusi atau perorangan yang memiliki kepedulian terhadap hal ini. Sepengetahuan penulis baru ada segelintir institusi atau komunitas yang tergerak untuk membiayai penelitian tentang pencak silat dalam sebuah program pendanaan. Seperti Oong Maryono Pencak Silat Award yang bekerja sama dengan penerbit Obor telah menerbitkan beberapa seri buku tentang pencak silat. Untuk komunitas pencak silat tradisional baru Tangtungan Project yang memiliki program pemberian dana penelitian pencak silat, dan telah menerbitkan buku yang berjudul Lagoa; Jejak Jago Bugis di tanah Betawi.