Kajian Silat “Seni Silat,Silat Seni”; sebuah usaha bersama agar pencak silat dapat berada di tataran yang lebih tinggi. Agar pencak silat dapat menjadi sebuah subjek bergengsi bagi para akademisi dan budayawan.

Menuju PMF V 2017 –

Bagi Tangtungan Indonesia dan Paseduluran Angkringan silat(PAS), pagelaran Silat sebagai seni dan budaya sudah mendarah daging. Sejak awal mula terbentuknya sampai sekarang, banyak even even silat yang diselenggarakan yang kemudian menjadi tonggak kebangkitan silat sebagai budaya di Yogyakarta khususnya, Indonesia pada umumnya. Salah satunya adalah Pencak Malioboro Festival, suatu acara yang memiliki banyak perwujudan ekspresi seni silat seperti lomba komposisi gerak, menggambar, mewarnai, unjuk diri dalam persahabatan sampai  pawai yang kemudian diakhiri dengan perayaan dalam bentuk pentas seni silat antar perguruan di titik 0 km Yogyakarta. Even yang merupakan ajang berkumpulnya ribuan pesilat dari beberapa kota di belahan Jawa, Sumatera bahkan mancanegara, untuk bersilaturahmi dan bertukar pengalaman sekaligus menularkan kecintaan kepada ilat sebagai budaya bangsa kepada masyarakat luas.

Dalam rentang waktu 2011-2017 Tangtungan Indonesia dan PAS lengkap dengan tim dokumentasi audio visual silat, rutin membuat pergelaran ‘kesenian silat’ ; suatu pementasan koreografik silat. Baik melalui forum PMF itu sendiri maupun flashmob di atrium Ambarukmo Plaza. Selain itu, kegiatan seminar dan sarasehan yang memang menjadi bagian dari program Tangtungan Indonesia dan PAS, terus dikembangkan. Di bulan Agustus 2017 ini, Tangtungan Indonesia dan PAS berkolaborasi dengan Lembaga Pengembangan Pribadi dan Korporasi #WhaniDProject membuat mempersembahkan sesuatu yang baru, yaitu Seminar Kajian Silat dengan tema ‘Silat Seni, SeniSilat’ Pencak Wisata Silat “International Silat Cultural Tour, dan Pertunjukan silat spektakuler di sepanjang Jl Malioboro- 0 km.

Seminar sehari tentang Silat yang bertemakan “SeniSilat,SilatSeniini akan diselenggarakan atas kerjasama Tangtungan Indonesia, PAS, Fakultas Ilmu Religi Budaya  program studi S2 Universitas Shanata Dharma Yogyakarta dan Lembaga Pengembangan Pribadi dan Korporasi WhaniDProject (www.whanidproject.com). Sebuah usaha bersama agar pencak silat dapat berada di tataran yang lebih tinggi. Agar pencak silat dapat menjadi sebuah subjek bergengsi bagi para akademisi dan budayawan. Diselenggarakan pada tanggal 15 Agustus 2017, 09.00-15.00 wib,  di ruang Seminar Fakulstas Ilmu Religi dan Budaya Universitas Shanata Dharma, Yogyakarta. Acara yang di moderator oleh Yustina Devi Ardhiani, M.Hum.  (Dosen Universitas Sanata Dharma, prodi Ilmu Religi Budaya) ini akan menghadirkan nama nama besar seperti :

  1. DR Eko Supriyanto as Eko Pece (dancer, koreografer, pesilat dari perguruan Budaya Indonesia Mataram/ BIMA Yogyakarta
  2. Garin Nugroho (Budayawan,filmmaker)
  3. Gusman Natawijaya (Sejarawan, Peneliti dan pelaku Silat)
  4. Emri Rangkayo Mulia Aja,S.sn, (Dosen Prodi Seni Tari FSP ISI Padang Panjang,       Guru Silat, KoreoGrafer)
  5. Wendy HS S.sn, MA (Dosen Jurusan Teater ISI Padangpanjang)

 

Secara umum, selama ini silat dimaknai sebaga olah raga dan ilmu bela diri semata. Dalam hal ini, saat orang mengucapkan kata silat, maka persepsinya akan langsung ke pertarungan, perkelahian, kalah menang, tending pukul, serang tangkis dan sebagainya. Namun sesungguhnya pertarungan hanya sebagian kecil dari silat itu sendiri. Silat dalam masyarakat Indonesia memiliki makna yang jauh lebih dalam dan beragam. Silat menjadi lebih bermakna ketika masing-masing orang memiliki temuan  yang beragam ; silat sebagai ilmu kesehatan raga, silat sebagai jalan pencerahan spiritual, silat sebagai paradigma hidup, silat sebagai jalan hidup, silat sebagai jalan teologis, silat sebagai seni. Bahkan saat kita mengambil satu makna saja, misalnya silat sebagai seni, maka kita akan membuka pemahaman lain yang jauh lebih luas lagi. Secara mendalam, seni yang dimaksudkan dalam hal ini sebagai seni kajian itu sendiri, dari wacana kebertubuhan, materialisasi seni hingga spiritualitas dan theologi.