Serunya Nguri Uri Budaya Warisan Leluhur Nusantara
Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti, berjanji akan memberikan fasilitasi olahraga tradisional khas Yogyakarta, yaitu jemparingan gagrak Mataram. Hal itu diungkapkan Walikota Haryadi, usai membuka acara Gladen Hageng Jemparingan gagrak Mataraman, di halaman Balaikota, Timoho, Minggu 4 Oktober 2015 yang lalu. Dalam kesempatan itu, Walikota Haryadi juga memberika apresiasi kepada panitia atas kebersediaan menggelar lomba jemparingan di Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Jogja.
“Kami berterima kasih kepada pecinta olahraga tradisi jemparingan yang ikut menyemarakkan HUT ke 259 Kota Jogja kali ini,” jelasnya. Dikatakan, dukungan kepada acara ini merupakan upaya pemerintah dalam bentuk memfasilitasi kegiatan olahraga tradisional.
Kegiatan yang digagas Tangtungan Project bekerja sama dengan Paguyuban Jemparingan Jawi Gaya Mataraman Dewondanu dan PAS ini menarik sebanyak 197 penjemparing atau pemanah tradisi untuk hadir di acara latihan akbar (gladen hageng), sekaligus perlombaan yang dikemas dalam rangka Hari Jadi ke 259 Kota Jogja. Para peserta yang datang tidak hanya dari DIY saja. Beberapa kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur juga turut berpartisipasi seperti Klaten, Surakarta, Wonosobo, Ungaran dan beberapa kota lainnya. Kategori lomba menurutnya terbagi dalam dewasa putra/putri, dan anak-anak putra/putri. Untuk kategori dewasa, jarak tembak 35 meter atau lebih. Sedang untuk anak-anak, jarak tembaknya hanya 20 meter.
“Lomba Jemparingan Gaya Mataraman ini bertujuan untuk melestarikan kebudayaan tradisional Nusantara khususnya Jemparingan Gaya Mataraman. Berharap dengan bekerjasama dengan Pemerintah Kota Yogyakarta maka salah satu warisan budaya nusantara ini akan tetap eksis terus di kemajuan zaman. Dengan dukungan aktif dari Pemerintah Kota Yogyakarta maka seni jemparingan gaya Mataraman akan lebih populer kembali,” kata Suryadi, dari PAS yang juga menjabat sebagai ketua panitia Gladen Hageng Jemparingan Jawi Gaya Mataraman 2015.
Jemparingan Mataraman sendiri adalah seni memanah tradisional khas gaya Mataram Yogyakarta. Hal ini bisa dilihat dari bentuk busur panah yang masih sederhana dan terbuat dari kayu atau bambu. Bergaya tenang, dan elegan. Jemparingan Mataram gaya yogyakarta tak hanya soal olah raga namun juga soal olah rasa, sesuai dengan kata “manah” yang dalam bahasa Jawa berarti hati. “Harus ada perasaan dan hati yang tenang saat membidik, meregangkan busur, dan kemudian melepaskan anak panah ke sasaran,” ucap Tubagus Ali Mustofa, atau akrab dipanggil Gus Mus, pendiri sekaligus pimpinan Paguyuban Jemparingan Jawi Gaya Mataram Dewondanu. Jemparingan Mataram diakui oleh pelakunya sebagai olah raga dan olah budaya yang tidak hanya sehat, namun juga membantu meningkatkan daya konsentrasi. Fokus adalah kesulitan sekaligus tantangannya.
Pada masa perdamaian ini kegiatan memanah sungguh-sungguh dilakukan sebagai suatu kesenangan untuk meningkatkan ketrampilan, mengolah rasa dan bahkan bisa sebagai hiburan. Tak heran jika seni jemparingan ini, mulai marak di kalangan masyarakat Yogyakarta sejalan dengan kesadaran masyarakatnya untuk melestarikan budaya warisan leluhur.
Selain lomba, panitia telah menggelar juga Workshop Jemparing Tradisi, pada 3 Oktober 2015, Workshop, diikuti puluhansesepuh perguruan pencak silat Yogya.
Recent Comments